Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Konflik Iran, Lobby Yahudi dan Pemilu Amerika

3 Maret 2012   06:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:35 1409 3

Konflik dengan Iran membuat presiden Obama saat ini sedang dalam posisi yang sangat tidak nyaman.Pihak intelijen Amerika dan badan pengawas atom dunia (IAEA) sudah menyatakan kalau Iran tidak sedang membangun persenjataan nuklir.Apa yang dilakukan oleh negara itu hanyalah membangun reactor nuklir untuk tujuan damai. Bukan untuk menjadi negara terkuat di kawasan Timur Tengah apalagi ingin menghancurkan Israel, sekutu Amerika yang selama ini ketakutan dan minta perlindungan dari Paman Sam.Karena Israel minta perlindunganlah Amerika terseret dalam konflik di kawasan itu.

Bagi Amerika, konflik yang sangat panas saat ini sudah bisa dikurangi tensinya.Itulah yang dilakukan oleh presiden Obama.Dalam wawancara dengan Atlantic Magazine hari Jumat (2/3) Obama meminta Israel untuk tidak menyerang fasilitas nuklir Iran.Penerapan sanksi ekonomi untuk Iran sudah cukup tidak perlu lewat aksi militer.Kalau itu masih tidak cukup baru Amerika mengeluarkan jurus lanjutan yaitu aksi militer.

Pernyataan presiden itu dikeluarkan beberapa hari sebelum dirinya bertemu dengan perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu hari Senin (5/3) nanti.Netanyahu yang masih menganggap Iran sedang berusaha membuat bom nuklir untuk menghancurkan negaranya saat ini aktif mencari dukungan bagi rencanya.Ada perbedaan mendasar antara Amerika dan Israel dalam masalah nuklir Iran ini.Amerika hanya ingin mencegah Iran membuat senjata nuklir tetapi Israel ingin meniadakan kemampuan Iran untuk membuat senjata nuklir.Meniadakan kemampuan berarti menghancurkan fasilitas pembuatan nuklir, terlepas apakah fasilitas itu dipakai untuk kepentingan damai (sumber energi) atau untuk pembuatan senjata (bom) nuklir.Sadar tidak bisa sendirian menghadapi Iran, Netanyahu perlu Amerika.

Kalau hanya sebagai presiden saja mungkin tidak susah untuk menghadapi Netanyahu. Tetapi sialnya presiden Obama saat ini juga adalah calon presiden dari partainya, partai Demokrat dalam pemilu bulan November nanti.Sebagai calon presiden Amerika dirinya harus bisa mengambil hati organisasi lobi Yahudi kalau ingin mendapat dukungan dana dan massa.Seperti kita ketahui lobby Yahudi sangat berpengaruh di perpolitikan Amerika.Dengan kekuatan dana dan media yang dimiliki mereka bisa membuat calon presiden yang tadinya nobody menjadi somebody.Tentu Obama sadar akan hal itu dari pengalamannya empat tahun lalu.Tanpa dukungan dana dari perusahaan-perusahaan Wall Street dan pencitraan oleh  Hollywood dan media massa mainstream seorang politisi yuniortentulah susah untuk menang dalam pemilihan presiden.

Nah, di sinilah dilemanya Obama.Hari Minggu (4/3) nanti dia dijadwalkan untuk berbicara di depankonferensi tahunan America Israel Public Affairs Committee atau AIPAC.  Sesuai dengan namanya, organisasi lobby ini bertujuan untuk memperjuangkan supaya kepentingan Israel diperhitungkan dalam kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah ataupun lembaga legislative.Bukan hanya Obama yang akan hadir di sana tapi juga bakal calon-bakal calon presiden dari partai Republik.Bagaikan sebuah kontes pencarian bakat, ajang konferensi ini akan dipakai oleh politisi-politisi ini untuk menunjukkan komitmen mereka mendukung negara Israel.Siapa yang paling meyakinkan tentu akan menang mendapat dukungan AIPAC.Kedengarannya sarkastis tapi begitulah kenyataannya.

Tahun 2007, di konferensi yang sama, dalam kasus yang sama, senator Obama memukau organisasi ini.Bagi Obama, penguasaan nuklir Iran bukan hanya mengancam Amerika tapi juga Israel.Sebagai sekutu Amerika tidak menutup kemungkinan untuk memakai kekuatan militer seandainya masalah ini menjadi besar. (catatan: saat itu Iran dicurigai membuat bom nuklir bukan hanya untuk kepentingan damai).Dari segi politis, keberpihakan calon presiden Obama ke Israel membuat lobby Yahudi meninggalkan calon presiden McCain dari partai Republik yang juga mendukung Israel (secara tradisi partai konservatif mendukung Israel).

ApakahObama di konferensi AIPAC nanti akan berbicara sebagai presiden sajaatau merangkap sebagai calon presiden masih belum kita ketahui.Sebagai presiden dirinya tentu akan menegaskan sikapnya, meminta Israel untuk bersabar.Tapi kalau lebih sebagai calon presiden tentu harus menyanyikan lagu dukungan lebih keras dan merdu dari peserta audisi lain yaitu bakal calon-bakal calon dari partai Republik yang juga akan hadir di sana.Kalau kemungkinan kedua yang terjadi tentu akan mempengaruhi posisinya ketika bertemu dengan Netanyahu di hari Senin nanti.Tidak lagi meminta Israel bersabar tetapi akan mengakomodasi kepentingan Israel.

Apapun yang akan terjadi nanti, ada satu hal lagi tantangan yang harus dihadapi oleh presiden Obama untuk bersikap bijak dan hati-hati dalam masalah ini.Tantangan itu berasal dari lembaga legislative tepatnya lembaga senat.Sebanyak 32 senator dari kedua partai (partai Demokrat dan Republik) mengeluarkan resolusi yang tidak mengikat.Intinya, resolusi ini akan mempersempit ruang pemerintah untuk melakukan kompromi dalam perundingan-perundingan soal nuklir Iran ini.Sebaliknya, resolusi ini meminta pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan yang lebih keras.

Siapa dibalik resolusi ini?Bisa diduga AIPAC.Kepentingan mengambil hati lobby Yahudi juga dialami oleh partai-partai dan juga anggota-anggota legislative karena pemilu nanti juga merupakan pemilihan anggota senat dan House of Representative.

Lepas dari politik tingkat tinggi di atas, ternyata sebagian besar rakyat Amerika dan juga Israel tidak mendukung adanya penyerangan ke Israel.Polling oleh CNN di bulan February lalu, hanya 17% rakyat Amerika mendukung penyerangan ke Iran bila dilakukan sekarang.Sebanyak 60% mendukung sanksi-sanksi saja bukan serangan militer dan 22% lebih setuju kalau tidak ada tindakan apa-apa soal nuklir Iran ini.

Sedangkan polling untuk rakyat Israel hasilnya bisa menjelaskan mengapa Netanyahu dan lobby Yahudi di Amerika aktif mendekati pemerintah dan legislative.Hanya 19% yang mendukung serangan ke Iran tanpa bantuan Amerika.Angka yang sangat kecil, bahkan dengan dukungan Amerika hanya 42% rakyat Israel yang setuju menyerang Iran.Sedangkan 34% rakyat Israeltidak setuju menyerang Iran, dengan atau tanpa bantuan Amerika.

Bagaimana kalau Israel nekad menyerang Iran tanpa dukungan Amerika?Sebanyak 27% rakyat Israel yakin kalau Amerika mau tak mau akan ikut berperangmembantu negara itu.Sedangkan sebanyak 39% rakyat Israel lebih yakin kalau Amerika hanya membantu di bidang diplomatik bukan di bidang militer.

Kalau melihat hasil polling di atas, rakyat Amerika dan juga rakyat Israel tidak begitu mendukung perang dengan Iran.Tetapi layaknya di negara demokrasi, kekuasaan bukan di tangan rakyat tetapi di tangan pengusaha besar yang berkuasa lewat pemerintah dan anggota-anggota lembaga legislative.

Semoga presiden Obamabisa bertindak bijaksana mencegah terjadinya perang dengan Iran walaupun harus kehilangan dukungan lobby politik terkuat Amerika.

sumber gambar

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun