Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Bangsa Relijius yang Korup

4 Maret 2012   02:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:32 314 4

Aneh tapi nyata.Bangsa kita yang katanya bangsa yang relijius mempunyai budaya korupsi.Sangat kontradikitif.Di satu sisi agama melarang kita mencuri, memeras menyuap ataupun melakukan pemborosan.Dosa.Itu kata perintah agama, semua agama yang ada di Indonesia. Tapi kenyataannya, kempat hal itu terjadi setiap hari di negara kita.Dari yang kecil-kecilan sampai yang besar-besaran.

Mengapa bisa antara perintah agama dengan perbuatan sehari-hari bisa sangat bertolak belakang?Bagi mereka yang percaya dengan surga dan neraka akan tahu kalau urusan bermain-main dengan agama inibukanlah urusan main-main.Tak ada yang mau masuk neraka, semua ingin masuk surga.Semua perintah agama dijalankan minimal melakukan ritual keagamaan dengan rutin.Urusan agama ini bahkan kerap mengundang konflik di masyarakat, pihak yang bertikai akan keluar dan mempertahankan identitas keagamaan mereka. Tapi soal korupsi jalan terus.Tidak ada konflik kalau soal korupsi ini.

Satu lagi yang membuat saya, mungkin juga Anda, heran dengan predikat kita sebagai orang Timur yang mempunyai budaya Timur.Kita orang Timur punya nilai-nilai moral adiluhung.Kita hidup dalam budaya Timur bukan budaya Barat (selalu ini perbandingannya) yang nilai-nilai moralnya tidak sebagus kita.Kita juga tidak individualistis seperti orang Barat.Kita masih menghargai kekeluargaan, persaudaraan beda dengan orang Barat yang hidupnya sendiri-sendiri.

Benarkah kita tidak indvidualistis?Mungkin ya tergantung dari cara kita memandang.Tetapi dalam soal korupsi ini terlihat kita menjadi hidup sendiri-sendiri.Coba kita lihat sekitar kita.Berapa banyak orang yang gaya hidupnya jauh lebih tinggi daripada gaya hidup yang bisa diperoleh dari penghasilan resminya setiap bulan.Hal itu dianggap lumrah, wajar.Tidak ada yang peduli, tidak ada sanksi sosial.Bahkan koruptor dapat dengan mudah menjadi tokoh masyarakat atau adat karena bisa diandalkan menyumbang dana.Padahal semua tahu dana itu berasal dari sumber yang bukan berasal dari gaji atau keuntungan bisnis secara wajar.Selama itu menguntungkan kita dan kelompok kita siapa peduli.

Jadi masih pantaskah kita menganggap kalau kita adalah bangsa yang relijius?Lebih baik dari bangsa lain yang tidak mengakui secara eksplisit keagamaan dalam kehidupan bernegara mereka?Masihkah kita perlu mewajibkan semua orang beragama dengan alasan mereka yang tidak beragama tidak mempunyai nilai-nilai moral?Dan terakhir, maukah kita dengan jujur mengakui kalau budaya Timur kita tidak lebih baik daripada budaya Barat?

Salam Kompasiana. Happy Sunday!

sumber gambar

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun