Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Artikel Utama

Belajar dari Kegagalan Gerakan "Occupy Wall Street"

4 Februari 2012   06:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:04 869 0

Occupy Wall Street.Empat bulan yang lalu aksi para demonstran yang tergabung dalam gerakan ini menarik perhatian rakyat Amerika dan juga dunia.Inilah gerakan rakyat terbesar sejak era demonstrasi anti Perang Viet Nam hampir lima puluh tahun yang lalu.Dari New York gerakan memprotes ketidakadilan di bidang ekonomi ini meluas ke seluruh penjuru Amerika yang terhubung dalam Occupy Together.Di Colorado gerakan ini tersebar di tujuh kota besar di region-region yang ada di negara bagian ini termasuk di Denver tentu saja.Occupy Denver, Kuasai Denver.

Sekarang, setelah empat bulan, tepatnya sejak September 2011 di kota New York, gerakan Occupy ini masih jalan di tempat.Mendukung isu popular, pemerataan keadilan ekonomi dan koreksi atas pengaruh Wall Street dalam kebijakan-kebijakan pemerintah, seharusnya setelah empat bulan Occupy sudah mendapat dukungan lebih banyak dari rakyat.Tapi kenyataannya tidak.Gerakan yang katanya mewakili 99% rakyat Amerikamelawan dominasi ekonomi oleh 1% kaum elit Amerika ini tidak juga didukung oleh mayoritas rakyat.

Ada beberapa penyebab mengapa gerakan Occupy ini kehilangan dukungan rakyat.Di sini saya hanya ingin melihat dari dua faktor yaitu faktor tidak adanya pemimpin gerakan ini dan faktor pemilihan waktu yang salah. Tidak adanya pemimpin membuat aksi-aksi demonstran menjadi anarkis tidak terkontrolsedangkan pemilihan waktu yang salah menyebabkan gerakan ini kehilangan momentum.Mari kita lihat analisis saya yang sederhana soal ini.

Faktor tidak adanya pemimpin.Gerakan ini tidak mempunyaipemimpin baik dalam lingkup komunitas terkecil (community) sampai lingkup nasional (Occupy Together).Semua individu adalah setara.Karena kesetaraan inilah tidak ada individu yang mempunyai kekuasaan mengatur hanya mengkoordinasi saja.

Ke dalam, kondisi ini menyebabkan orang bisa berlaku seenaknya saja.Sebagai contoh di lapangan, ketika berdemonstrasi atau waktu demonstran masih menduduki taman kota.Mungkin karena merasa bagian dari kelompok pejuang rakyat menghadapi kebathilan penguasa, banyak demonstran (yang mayoritas anak-anak muda) berlaku seenaknya saja.Tinggal di taman berhari-hari, taman dijadikan wc umum (memenuhi panggilan alam kapan saja dan dimana saja), buang sampah sembarangan, mengganggu (sampai menyerang secara seksual) mereka yang lewat, mengkonsumsi obat-obat terlarang, praktek seks bebas sebebas-bebasnya dan lain-lain kelakuan negatif.

Ke luar, sewaktu menghadapi polisi.Di Amerika, sama dengan di negara-negara lain di dunia, polisi juga dibenci tetapi sangat dibutuhkan.Dalam hal ini, rakyat membutuhkan polisi untuk mengembalikan taman yang selama ini diduduki oleh demonstran kepada mereka.Rakyat juga butuh polisi untuk mengatur demo-demo yang kadang kelewat batas.Ironis jadinya, rakyat mendukung polisi melawan pendemo yang katanya mewakili rakyat.Di Denvertanggal 20 Desember 2011 polisi bertindak tegas melakukan serangan fajar mengusir demonstran dari taman kota.Sedikitnya 23 demonstran ditangkap polisi setelah mereka melawan bahkan membakar tenda-tenda mereka sendiri.

Siapa yang membayar perbaikan taman dan uang lembur polisi yang bertugas ekstra?Rakyat pembayar pajak tentu saja.Untuk uang lembur polisi pemerintah kota Denver sudah mengeluarkan sedikitnya 365 ribu dollarbelum termasuk biaya perbaikan taman.Total jenderal di 18 kota besar di Amerika  selama dua bulan pertama demo saja rakyat harus merelakan budget kota mereka sebanyak 13 juta dollar dipakai untuk penanganan  aksi Occupy ini.

Kembali ke soal tidak adanya pemimpin.Seandainya ada pemimpin tentu saja ceritanya akan menjadi lain.Ada pihak otoritas yang diterima oleh semua demonstran yang bisa mengarahkan mereka baik di dalam gerakan maupun ketika menghadapi polisi.Sampai sekarang Occupy masih belum punya pemimpin dan tidak akan punya pemimpin karena prinsip kesetaraan yang salah kaprah.

Selain tidak adanya pemimpin yang membuat kelakuan demonstran menjadi tak terkontrol, kesalahan lain dari gerakan Occupy ini adalah soal waktu.Amat sangat tidak masuk akal sekali (gaya bahasa hyperbolis disengaja).Bagaimana bisa sebuah gerakan rakyat di Amerika akan bisa sukses kalau dimulai di bulan September.Seperti kita ketahui bulan September adalah awal musim dingin yang baru akan berakhir di bulan April.Musim dingin berarti udara dingin, angin kencang, salju turun dan lebih lama gelap daripada terang setiap harinya.Siapa yang mau ikut demonstrasi kalau udara dingin sisa salju kemarin.Faktor udara mempengaruhi luasnya partisipasi rakyat dalam gerakan ini.

Masih soal waktu, bulan September adalah saat dimulainya kompetisi sepak bola Amerika, olahraga yang sangat digemari.Kalau di Indonesia mungkin padanannya kalau ada gerakan rakyat yang waktunya sama dengan Piala Dunia atau Piala Eropa.Gerakan atau bahkan revolusi rakyat bisa menunggu tapi Piala Dunia tidak bisa menunggu.Begitulah yang terjadi di sini.Gegap gempita demo-demo Occupy kalah nyaring dengan kompetisi American Football.Orang lebih sibuk membahas Tebowing, gaya quarter back Denver Broncos Tim Tebow yang berdoa sebelum memulai pertandingan.Sampai tanggal 5 February nanti, final antara Giants (New York) melawan Patriots (New England),konsentrasi masih tertuju pada olahraga ini.

Black Friday adalah bukti tidak sinkronnyarakyat dengan gerakan Occupy ini.Ketika Wall Street dijadikan musuh bersama rakyat, Black Friday tahun lalu berjalan dengan meriah. Tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.Bahkan semakin banyak toko-toko yang menawarkan obral online.Padahal kita tahu pemilik toko atau super market peserta Black Friday ini adalah pengusaha Wall Street.Mungkin juga demonstran Occupy ikut Black Friday siapa yang tahu.Atau membeli barang dari Wal-Mart, symbol kerakusan pengusaha retail Wall Street.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun