Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

ISI Bersatu Tak Bisa Di-ISBI-kan!

14 Februari 2012   20:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:38 566 0

Selain dari beberapa mahasiswa dan dosen, mantan Rektor ISI Yogyakarta yang juga menjabat sebagai senat Prof. Drs. Soeprapto Soedjono M.F.A, PhD ikut angkat suara. Ia menyatakan keberatan jika ISI harus diganti menjadi ISBI. “Saya yang sejak awal di ISI merasa sangat sedih, mau dikemanakan ISI yang sudah lama dan memiliki sejarah ini? Saya jadi tidak nyaman dengan adanya wacana akan perubahan ISI menjadi ISBI ini.  Padahal ISI sendiri belum dikenal ke seluruh pelosok Indonesia, malah mau diganti ISBI. ‘B’ nya itu apa? Budaya yang bagaimana? Bagaimana pun ISI akan tetap ISI, tidak mungkin menjadi ISBI,” jelasnya disela-sela kesibukannya sebagai dosen Fotografi ISI Yogyakarta.

Terdengar desas-desus bahwa ia juga akan diangkat menjadi Rektor ISBI di daerah Kalimantan, ia pun menanggapi dengan santai, “Memang, wacana lain, di beberapa wilayah seperti Aceh, Sulawesi, Papua dan Kalimantan akan dibangun ISBI dimana untuk ISBI Aceh dilaksanakan oleh ISI Padang Panjang, ISBI Sulawesi oleh ISI Surakarta, ISBI Papua oleh ISI Bali, dan ISI Kalimantan diwakili dari ISI Yogyakarta dan saya diminta untuk menjadi Rektor disana, itupun saya belum dapat kepastian. Menurut saya itu bagus, tidak perlu merombak, tapi membangun baru di daerah luar Jawa yang memang belum terdapat sekolah seni yang berkompeten,” jelasnya sambil menunjukkan majalah yang memuat tentang dirinya untuk menjabat sebagai Rektor ISBI wilayah Kalimantan ini.

Saat ditanyai mengenai keinginan ISI ke depan, mantan rektor yang pernah menempuh pendidikan di ASRI angkatan 1974 ini mengatakan bahwa ISI akan dijadikan USI (Universitas Seni Yogyakarta). “Sebenarnya yang akan direncanakan ke depan adalah USI, dimana akan terdapat beberapa disiplin ilmu yang setara dengan Universitas lain, seperti Ilmu Pendidikan dan Manajemen. Hal ini yang seharusnya diwacanakan benar-benar, bukan mengganti nama,” imbuhnya.

Pihak rektorat yang ditemui Sabtu (11/2) siang juga mengatakan ketidakjelasan akan wacana yang dilontarkan Dikti. “Apakah teman-teman yang mengadakan demo itu sudah paham betul dengan konsep dari ISBI? Saya tidak bisa mengatakan apakah akan menolak atau menerima untuk saat ini, karena kami belum menerima konsep dan kejelasan dari ISBI. Sampai sekarang, pihak Pemerintah belum mengatakan apa-apa mengenai ISBI kepada ISI. Saya pernah rapat sekali di Jakarta, tapi wakil yang mengundang tidak dapat menjelaskan konsepnya apa,” jelas Rektor ISI Yogyakarta, Prof. Dr. A.M. Hermien Kusmayati yang diwawancarai di ruangannya.

“Saya kira secara implisit memang pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan baru mewacanakan, kemudian dari koordinasi belum ada kejelasan yang cukup lengkap untuk dijadikan bahan pertimbangan. Dalam hal ini (ISI), di satu pihak menunggu kejelasan dari pemerintah, dan di sisi lain repot menanggapi respon masyarakat yang secara garis besar menolak. Kita ini sudah membangun pendidikan tinggi seni dari komponen-komponen ASRI, AMI, ASTI yang sudah hampir 62 tahun berdiri, dan itu sudah mengalami proses yang panjang, sehingga sudah kenyang berhadapan dengan problem-problem yang dihadapi. Secara normatif penyelenggaraan pendidikan tinggi sudah memenuhi syarat-syarat akademik yang diinginkan pemerintah. Nah sekarang yang diupayakan ISI sebenarnya hanya memantapkan status pendidikan kita yang demikian. Apa yang sedang kita jalanakan ini mengikuti norma dari pemerintah. ISI Yogyakarta sangat menyadari apa yang kita hadapi sekarang adalah proses dari pemantapan yang sedang membangun tatanan. Kita terbuka terhadap masukan-masukan dan evaluasi, tapi mohon juga pencapaian yang sudah kami dapatkan mendapat apresiasi yang positif dan tidak dilupakan,” jelas Dr. M. Agus  Burhan, yang saat ini menjabat sebagai Pembantu Rektor I, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

“Hal ini mencuat dikarenakan respon di media, padahal konsep ISBI sendiri belum tahu. Untuk masalah pendidikan itu kan tidak gampang, dokumen dari ISI menjadi ISBI sampai sekarang masih belum pasti. Apakah ini hanya pemikiran yang sekedar muncul begitu saja atau bagaimana, kami belum tahu. Kami masih menunggu kapan mereka akan memberikan kejelasan konsep dari ISBI sehingga kami bisa merespon tanggapan dari masyarakat,” imbuh Pembantu Rektor III, Drs. Syafruddin M. Hum.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun