Kisah empat tahun lalu saya pilih menjadi judul artikel ini. Saat itu, bapak almarhum baru usai rawat inap di rumah sakit. Menghendaki jika Tuhan memanggil untuk di makamkan di desa di mana beliau mengisi masa dewasa hingga tua, atau desa ibu saya, bukan desa kelahirannya sendiri. Menjadi pemikiran adalah keadaan yang tidak akan bisa begitu saja. Akhirnya saya bersama ibu datang ke ketua RW yang seorang kyai haji. Beliau mengatakan prinsipnya tidak masalah karena bukan Makah atau Madinah namun ini Nusantara, namun meminta waktu untuk berdiskusi dengan masyarakat.
KEMBALI KE ARTIKEL