Mohon tunggu...
KOMENTAR
Book Pilihan

Pendakian Gunung Karmel: Jiwa yang Menggelap dan Dibutakan Hasrat (I-8)

1 Januari 2025   22:54 Diperbarui: 2 Januari 2025   11:53 59 4

Prolog

Keinginan menyilaukan mata jiwaku, membuatku tersandung di siang hari seolah-olah dalam kegelapan. Navigasi jiwaku kacau, tak terlihat jalur eterealku menuju Kekasih-ku 

Malam tadi sungguh dingin, kabut tebal semalam seperti telah menyapu semua kehangatan. Dalam kebekuan udara, aku teringat kalian, teman pendakianku, apakah pernah kalian bersyukur atas setiap fluks cahaya mentari yang merobek kebekuan udara kala siang menyapa? 

Kehangatan sinar itu sering kali kita anggap biasa, seperti teman setia yang tak pernah alpa hadir. Padahal, di setiap pendakian, cahaya itu menjadi penyelamat kita, menyingkirkan gigil yang menjalari tubuh saat malam-malam gelap membekap. Aku masih ingat bagaimana matahari pagi pertama kali menyinari tenda kita saat kita memulai Pendakian Gunung Karmel ini. Cahaya itu tak hanya mengusir dingin tetapi juga menghidupkan semangat kita untuk melangkah lebih tinggi, lebih dekat ke puncak. Aku berharap kita tidak pernah lupa, bahwa setiap kabut, dingin, dan gelap bukanlah musuh, melainkan bagian dari perjalanan. Dan di balik setiap kabut tebal, mentari selalu menunggu, setia memancarkan sinarnya untuk menyentuh kulit kita yang dingin dan mengingatkan kita bahwa setelah gelap selalu ada terang. Ah, lihat ! Sang Fajar telah merekah, mari kita melangkah lagi !

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun