Saya yakin para "perampok" di Papua akan mengecam pertanyaan di atas. Saya pun yakin cuma mereka yang akan mengatakan "tidak" terhadap hipotesis yang saya usulkan ini. Baiklah!
Saya suka menentang kamuflase! Saya muak menonton omong kosong itu di televisi, bahkan perlu saya tegaskan suatu hari orang Papua akan bangkit; mengangkat keadilan dan meledakkan kepala orang asing dengan penuh semangat. Simaklah teka teki berikut.
Hampir setiap hari kita mendengar bahwa Indonesia diancam oleh separatisme Papua Barat. Pada saat yang sama, fenomena ini memaksa negara mengeluarkan uang untuk mengakomodasi proyek pengamanan negara. Triliunan rupiah digelontorkan!
Di hadapan uang sebanyak itu siapakah yang sanggup menjadi malaikat? Hahaha!!! Bahkan tukang bakso sekalipun ikut berpesta di dalamnya. Untuk itulah isu Papua merdeka harus tetap dibuat. Sebab semakin besar negara terancam, semakin besar keuntungan diperoleh.
Bagaimana dengan orang asli Papua? Apa mereka memahami rekayasa yang ada? Tidak!!! Mereka tidak lebih dari sekedar boneka yang dimodifikasi secara detail untuk memperkaya para "perampok" yang datang ke negerinya.
Orang Papua dirancang untuk meneriakkan kata "merdeka" tanpa perlu memahami apa sebenarnya yang mereka butuhkan. Mereka diprovokasi oleh sistem untuk selalu berontak demi menjaga stabilitas proyek komersil yang dikendalikan oleh para "perampok" dengan dalih melindungi Papua.
Saya kira ini saatnya orang Papua berhenti "berteriak". Saatnya mereka membangun hidup dengan cara berbeda. Sebab negara hanya membayar orang-orang licik yang lihai menyerukan "I Love Papua". Cukup!!!Jangan lagi ada yang berpura-pura karena banyak nyawa telah dikorbankan utuk proyek komersil ini.
Seandainya Papua berhenti menyerukan "merdeka", saya yakin itu adalah kejutan yang paling dibenci oleh para "perampok". Kejutan yang akan mengubah segalanya; mengubah peradaban menuju transisi yang lebih jujur dan adil bagi orang Papua.