Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Ratu Boko, Setelahnya hanya kesepian...

3 Juni 2011   03:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:55 589 1
[caption id="attachment_111795" align="aligncenter" width="600" caption="Dok. Pribadi"][/caption] Di atas bukit sepi, ada yang hadir dari ketinggian : Candi Ratu Boko. Tak jauh dari Prambanan, berjarak kurang lebih 3 km. Dari tempat tertinggi tersaji imaji dari situs peninggalan zaman dinasti Sailendra itu. Saat matahari belum tepat meninggi di atas kepala, saya dan sahabat kampus tiba di Ratu Boko. Ada ketakjuban memandang alam Jawa yang mendukung berdirinya candi itu. Ratu Boko menyepi diatas bukit tersudut diantara rimbunan pohon beringin dan hijau rerumputan. [caption id="attachment_111796" align="alignright" width="400" caption="Dok Pribadi"][/caption] Kita harus mendaki untuk menempuhnya, mendaki mencapai gerbang dan reruntuhan batu ditempuh sekitar 1 km. Tiap teras/gerbang dipisahkan dengan dinding ato candi. Dari cerita, beragam artefak ditemukan dari peninggalan Hindu dan Budha : Durga, Lingga, Yoni dan beberapa prasasti. Namun saya tak menemukan artefak-artefak hari itu. Mungkin saja dimuseumkan. Masih ada misteri yang terkubur hingga hari ini, tapi saya tak tahu misteri apa yang menyelimuti Ratu Boko hingga hari ini. serasa tak cukup menemukannya dari museum atau buku sejarah dan tuturan orang. Tak seperti candi lain, dengan relief dan stupa. Tak ada yang nampak bahwa candi itu menjadi tempat persembahyangan atau menampakkan sisi religius dan nuansa magis seperti Prambanan atau Borobudur. Sifatnya lebih pada tempat peristirahatan, atau benteng raja. Terbukti dengan adanya reruntuan gua laki-laki (male cave) dan gua perempuan (female cave). Nampak jua disekeliling, terhampar susunan batu menyerupai benteng, dan permandian tujuh warna bisa menjadi alasan itu.  selebinya hamparan batu-batu besar dibiarkan seperti adanya, tak tersusun rapi. Pasca gempa, kondisi candi mengalami pergeseran atau runtuh. Syahdan, seorang sahabat melukiskan candi seperti ini.

"...Candi bisa menjadi gambaran sebagai salah pusat (core) keruangan pada waktu silam, atau tepat lagi ke-sakral-an, namun tidak terlepas dari selera penguasa...namun selalu menempati ruang sosial yang ideal, dan sangat memperhatikan keseimbangan alam, coba lihat beberapa candi di jawa tengah yang berada seperti di puncak, pinggiran pantai...yang pasti ada sebuah keseimbangan dengan alam..."
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun