Mohon tunggu...
KOMENTAR
Vox Pop

Profesionalisme Prajurit Rendahan Tni

6 Oktober 2014   04:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:14 186 0

TNI adalah pengayom dan pelindung rakyat, TNI adalah stabilisator dan dinamisator bagi lingkungan sekelilingnya dan masih banyak slogan-slogan atau jargon untuk TNI di masa Orde Baru. Diakui atau tidak, di masa Orde Baru TNI adalah mesin politik pemerintah dengan kendaraan salah satu partai politik di masa itu. Upaya-upaya untuk mengkultuskan TNI tidak hanya berhenti sampai disitu, masih banyak kegiatan kemasyarakatan ataupun kenegaraan yang melibatkan institusi ini selain dalam bidang ipoleksosbudhankam. Tanpa merindukan jaman Orde Baru dan tanpa memuji pendirinya, dapat kita saksikan kondisi Indonesia boleh dikatakan tenteram walau kenyataannya seperti api dalam sekam dengan rongrongan lawan-lawan politik pemerintah di dalam dan luar negeri. Begitu ada geliat gerakan yang berpotensi mengganggu stabilitas keamanan dalam negeri, TNI bersama Polri =ABRI dengan operasi intelijen yang handal dengan cepat dapat mencegah serta menangkal kegiatan tersebut, terlebih dengan legitimasi undang-undang subversif. Apakah TNI di jaman sekarang masih handal? Jika ada pertanyaan seperti itu dengan tegas saya menjawab “ya!”. Kita sangat membutuhkan kehadiran TNI. TNI yang kuat dan besar sebagai benteng pertahanan negara. Hanya saja di era reformasi seperti ini, kadang saya miris begitu melihat berita di Televisi atau membaca di media cetak tentang pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh oknum TNI  baik secara individu atau kolektif. Dan (maaf) kebanyakan pelakunya adalah prajurit tataran bawah. Bukankah di jaman Orde Baru bahkan Orde lama juga banyak pelanggaran oleh oknum TNI? Betul, tapi mari kita tengok mayoritas penyebabnya. Jika di Orde Lama banyak perseteruan TNI antar angkatan atau dengan Polri yang penyebabnya biasanya adalah loyalitas korps dan solidaritas. Saat itu TNI mencari eksistensinya di tengah-tengah dikotomi supremasi pemerintahan antara sipil dan militer. Di masa orde baru pertikaian juga masih terjadi antar angkatan dan polri dan dari kasus ini penyebabnya sudah mengarah kepada kepentingan ekonomi berupa jasa pengamanan bisnis swasta atau perusahaan milik pemerintah. Yang juga telah ada yaitu pelanggaran-pelanggaran oleh oknum TNI berupa perbuatan kriminal karena faktor ekonomi. Sekarang di masa reformasi, pertikaian antar angkatan secara kolektif tidak pernah ada, malah pertikaian dengan polisi semakin sering terjadi. Penyebabnya juga kompleks yaitu satu sama lain merasa superior dan juga faktor kecemburuan ekonomi. Pakar-pakar hukum dan pengamat sepakat bahwa penyebabnya dua hal tersebut. Penulis masih ingat saat masih duduk di bangku kuliah akhir ketika reformasi bergulir, saat itu jaringan mahasiswa se Indonesia Raya dengan antusias menyerukan agar Polri dipisahkan dari ABRI (TNI) dan menjadikan polisi sipil alias tidak ada unsur militeristik di dalamnya. Harapan mereka tidak ada lagi pangkat Jenderal atau pangkat menyerupai tentara dalam institusi ini. Tapi toh sampai sekarang polisi masih berkarakter ala tentara dan masih belum bisa menjadi sipil murni.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun