Mohon tunggu...
KOMENTAR
Book

Selayang Pandang Tafsir Al-Quran Suci Basa Jawi Karya Prof. K.H.R. Mohammad Adnan

21 Mei 2024   10:44 Diperbarui: 21 Mei 2024   11:01 143 0
Penafsiran Al-Qur'an hakikatnya bukan sekadar praktik memahami teks (nash) Al-Qur'an, tetapi juga berbicara tentang realitas yang terjadi dan dihadapi oleh penafsir. Sebagai produk budaya, tafsir Al-Qur'an berdialektika dengan kultur, tradisi, serta realitas sosial politik. Hal-hal tersebut terjadi di sepanjang sejarah penulisan dan publikasi tafsir Al-Qur'an di Nusantara. Tampak pada pemakaian bahasa, aksara, serta isu sosial, politik, dan ideologi yang dikontestasikan. Dinamika penulisan tafsir Al-Qur'an yang demikian, menjadikan tafsir Al-Qur'an berbahasa Jawa merupakan fenomena yang penting dikaji. Di tengah popularitas bahasa Indonesia dan aksara Latin sejak era awal abad ke-20, bahasa Jawa masih hidup dalam tradisi penulisan tafsir Al-Qur'an di Indonesia dengan variasi aksara dan bahasa jawa juga digunakan. Terdapat tiga unsur nuansa budaya Jawa yang menjadi nilai tersendiri untuk menunjukkan ciri khas menafsirkan Al-Qur'an dengan menggunakan bahasa Jawa, yaitu pertama, tatakrama bahasa, yaitu tatakrama bahasa atau sering disebut unggah-ungguh basa (tingkatan bahasa) yang dalam bahasa Jawa sendiri memiliki perbedaan dalam hal usia. Kedua, ungkapan tradisional Jawa, yaitu seperti ungkapan dan pribahasa, hal ini juga menjadi ciri khas dalam tafsir Jawa yang memiliki kandungan makna berupa prinsip hidup orang Jawa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun