Tak mau lagi di ganyang api
Aku pernah bermimpi
Tak mau lagi dikoyak angin
Aku pernah bermimpi
Tak mau lagi disapu abu
Namun hanya mimpi
Kepalaku rasanya dihujam
Nafasku nyaris terlilit
Kerongkonganku bergemuruh
Nadi nadiku tak lagi berdetak
Ku pikir inilah akhir hidup
Seperti awan berarak membawa embun
Meneduh segala dibawahnya
Seperti daun berayun membawakan sejuk
Dedaun terhempas beterbangan
Semua bernyanyi
Hamparan rumput menggelikan
Rumput jepang setauku
Dibawah awan dan daun yang bernostalgia
Aku hampir lupa
Nyawa adalah mutiara
Aku terhanyut terbawa labirin
Terperosok dalam jurang penuh tiang
Kakiku terjepit tak berkutik
Darah mengucur membelai seluruh kenangan
Siang bukan lagi kawan
Malam bukan lagi selimut
Pagi bukan lagi bidadari
Sore bukan lagi payung
Aku merasa tak lagi ada kawan cerita
Dimanakah semua itu berada
Kadang aku ingin kembali
Semuanya telah pergi
Atau akulah yang pergi
Tak ada angin
Tak ada awan
Tak ada rimbun pohon pohon
Tak ada apapun
Seolah aku paling konyol
Sekonyong konyong berdiri diatas pasir gersang
Tanpa air
Tanpa bekal
Tak mungkin aku mati
Kematianpun tak mungkin pergi
Tapi kalau hidup
Akankah kehidupan itu pergi
Dariku
Mataku semakin lama memerah
Tak ada siang atau malam
Tak ada suara nyanyian
Seperti barusan
Tak ada keluh
Tak ada peluh
Tak ada lagu lagu camar terdengar
Siapakah aku
Dimanakah aku
Ataukah aku
Tak berpemilik apapun
Tak menginginkan apapun
Kakiku hanya melangkah tanpa nafas
Tanganku hanya berayun tanpa pegangan
Kemanakah aku melangkah
Sekejap aku dihadapkan
Entah