Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Menatap Putaran Kedua Pilkada Kota Kupang

20 Juni 2012   01:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:46 458 0
Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada) Kota Kupang nyaris sempurna. Ketika warga Kota Kupang berbondong-bondong ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan mempergunakan hak politiknya, nyaris tidak ada masalah. Walau ada sedikit kekeliruan, karena berbagai kepentingan, tapi tohk...hari H pemungutan suara berlangsung aman dan tertib. Yang memiliki hak politik, telah menggunakannya. Yang tidak bisa menyentuh hati rakyat dan tidak terpilih sudah diketahui. Yang pasti, enam pasangan calon pemimpin Kota Kupang, tidak berhasil merengkuh 30 persen suara para pemilih. Maka siap-siaplah menuju putaran kedua.

Pasangan calon yang tidak bisa melangkah ke putaran berikut, mungkin belum bisa menerima. Begitupun para pendukung. Namun yang harus diasadari, setiap pilihan memiliki konsekwensi. Dalam konteks demikian, menerima dengan lapang dada hasil yang ada menunjukan jiwa besar saat berada dalam kondisi kalah. Memang kekalahan sangat menyakitkan. Sakitnya bisa berulang-ulang. Apalagi dalam ajang kompetisi politik. Kompetisi yang tidak mengeluarkan biaya saja, terkadang ada air mata. Nah ini kompetisi, merupakan ajang pertaruhan harga diri dan duit. Yang punya duit belum tentu menang. Yang hanya miliki sedikitpun belum pasti kalah. Tapi sekali lagi, memang sakit kalau berada dalam pihak yang kalah. "Anak-anak yang maen kalereng dan kalah, ada yang managis. Apalai ini kalah dalam ajang kompetisi politik. Sakit dan talalu sakit," seloroh salah satu teman saya ketika kita bercakap-cakap mengenai kekalahan para kandidat. Ya...gitu the...

Lalu bagaimana? Ketika putaran pertama selesai, hanya tinggal dua pasang yang bakal melaju ke putaran kedua. Masing-masing pasangan tentunya memiliki harapan untuk menang. Toh nanti pasti ada yang kalah itu urusan lain. Belajar dari putaran pertama, kita bisa mengambil beberapa makna positif. Pertama, walaupun ada persaingan politik yang cukup ketat, tapi pelaksanaan pemungutan suara berjalan aman dan lancar. Kondisi dan situasi ini selayaknya mendapat apresiasi positif. Ternyata, masyarakat Kota Kupang cukup dewasa. Walau berbeda pilihan politik, tapi lebih mengedepankan pelaksanaan pemilukada damai. Kita juga patut memberikan apresiasi positif kepada penyelenggara. Walau ada kelemahan di sana-sini, ada kekuarangan di sana dan di sini, tapi jalannya pemungutan dan penghitungan suara telah selesai. Bahkan akhirnya cukup membahagiakan. Tidak ada tindakan anarkis. Tidak ada bentrok antar pendukung. Dan tidak ada tindakan yang mencederai hubungan kemanusiaan yang manusiawi.

Kedua, ternyata, rakyat Kota Kupang yang memeprgunakan hak pilihnya, telah memiliki pertimbangan politik yang matang dan penuh kalkulasi. Kecerdasan politik rakyat Kota Kupang kita semaikan untuk putaran kedua. Sekali lagi, biarkanlah rakyat berekspresi dan menjalankan hak-hak politiknya dengan aman dan damai. Semoga putaran dua, walau persaingannya semakin ketat, tapi siatuasi dan kondisi Keamanan Kota Kupang tetap terjaga. Jangan kita cederai pesta demokrasi rakyat, dengan tindakan yang merugikan kemanusiaan kita.

Putaran kedua kali ini merupakan pertandingan ulang antara Jefry Riwu Kore dan Jonas Salean. Lima Tahun lalu di ajang yang sama, Jefry berpasangan dengan Johanes Dae sementara Jonas Salean duet dengan Alex Ena. kalau melihat perolehan suara lima tahun lalu, Jefry berhasil meraup 33.086 suara. Sementara Jonas Salean 24.796. Lima tahun lalu pemenangnya Daniel Adoe-Daniel Hurek. Sayangnya, karena tidak bisa menjaga amanah yang diberikan rakyat Kota Kupang, Dua Dan begitu pasangan incumben ini biasa disebut tumbang di putaran pertama. Setelah gagal lima tahun lalu, Jefry masih bertarung di kancah politik yang berjudul pemilihan anggota legislatif. Jefry akhirnya terpilih menjadi anggota DPR RI. Sementara Jonas Salean selama lima tahun kemarin, berada dalam ketidak pastian. Kejam dan sakitnya politik, sudah dirasakan Jonas Salean. Walaupun jabatan terkahir yang disandang adalah Sekretaris daerah (Sekda) Kota Kupang, ketika kalah dalam pertarungan politik 2007 lalu, Jonas Salean nyaris hilang dari dunia politik. Sempat ke sana ke mari, akhirnya Jonas mendapat jabatan sebagai staf ahli Gubernur NTT.

Melihat catatan perjalanan politik dua kandidat Wali Kota Kupang periode 2012-2017, mungkin masing-masing kita punya persepsi. Namun yang pasti, pertarungan di putaran kedua ini bakalan seru dan menegangkan. Tegangnya karena inilah babak final. Yang kalah jadi arang. Yang menang akan memegang tampuk kekuasaan selama lima tahun. Yang kalah pasti berdarah-darah, karena sudah banyak dana dan daya serta energi yang terkuras habis. Memang untuk mengapai kedudukan dan jabatan politik membutuhkan perjuangan ekstra keras. Sudah memegang jabatan politik pun membutuhkan kecerdasan dalam mengelolah kekuasaan. Karena tidak bisa dipungkiri, banyak pimpinan daerah, bupati atau wali kota, diakhir masa jabatannya harus mendekam di bui. Menjadi pesakitan dengan predikat terpidana merupakan gelar yang tidak elok. Karena itu, ketika berada dan memegang kekuasaan, janganlah terlalu kuat menggegam. Sehingga ketika kekuasaan itu terlepas, tangan tidak menjadi sakit. Dalam konteks demikian, siapapun yang bakal menjadi pemenang di putaran kedua nanti, sejatinya merupakan kemenangan rakyat Kota Kupang. Mayoritas pemilih tentunya menginginkan Kota Kupang semakin harti semakin baik. Paling tidak, ketika mau sekolah, siapapun dia dan latar belakang ekonominya macam apapun bisa sekolah. Ketika mau makan, ada beras tersedia, walau mungkin hanya makan dengan garam. Begitupun saat sakit, tidak lagi mengeluarkan biaya yang banyak, hanya untuk membeli obat dan mengobati penyakit yang diderita. Mungkinkah rakyat Kota Kupang akan sejahtera dengan memiliki pemimpin yang baru? Kita tunggu dan lihat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun