Inilah alasan mengapa guru seyogyanya tidak (sekedar) memuridkan murid-muridnya. Guru membuka ruang hati dan akalnya seleluasa dan seluas-luasnya. Itu memungkinkan mengalirnya energi dan wawasan baru menopang sikap menyikapi perkembangan (paling terkini) murid. Guru menjadi mudah menyerap informasi dari bahasa verbal dan bahasa tubuh murid. Dia belajar dari murid. Ketika guru sedari awal menjaga diri untuk tidak cuma memuridkan para muridnya maka dia tidak membangun benteng demarkasi (baca: dia adalah guru yang wajib dan harus lebih pintar dari muridnya di semua hal). Dia justru membuka kemungkinan bahwa murid bisa saja lebih mumpuni dan lebih menguasai ilmu pengetahuan tertentu atau informasi tertentu dibanding sang guru. Ini kawah kondusif menggelorakan guru eksplorator dan murid eksplorator.
KEMBALI KE ARTIKEL