Jawaban saya singkat: daging anjing emang enak. Agak sulit memang menggambarkan rasa "enak" itu sendiri. Itu kan menyangkut selera. Namun yang jelas, daging anjing akan lebih enak bila disajikan dengan bumbu cukup pedas. Kemudian, cara memasaknya juga harus pas agar aroma khas dagingnya tidak tercium. Teknik memasak inilah yang membedakan rasa daging anjing dengan daging lainnya. Ada trik dan resep tertentu yang membuat daging anjing terasa jauh lebih enak.
Di Sumut khususnya wilayah Tapanuli yang dihuni mayoritas Batak-Kristen, anjing dan dagingnya sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakatnya. Anjing dipelihara oleh hampir setiap kepala rumah tangga. Ada yang hanya seekor, dua ekor, bahkan sepuluh ekor. Anjing diberi makan layaknya manusia, terdiri dari sisa makanan dan lauk-pauk. Di desa terpencil malah diberi singkong rebus bercampur ikan asin.
Sehari-hari, anjing biasanya juga turut ke ladang, sawah, atau stay di rumah. Tergantung perintah 'sang majikan'. Bila diperintah ikut, anjing akan menurut. Sebaliknya, anjing akan setia menjaga rumah bila pemilik melarangnya ikut ke ladang. Oh ya, anjing pun diberi nama oleh pemiliknya. Nama yang umum di Tapanuli adalah "Si Manis" "Si Mopi", atau "Si Black". Semasa kecil, saya menamai dua anjing peliharaanku "Si Gendut" dan "Si Gadong".
Saat majikan kembali dari ladang pada sore hari, anjing akan kegirangan menyambut. Ekornya dikibas-kibas, melompat-lompat, hingga menjilati kaki majikan. Sesekali, majikan akan bermain sebentar dengan anjing. Bahkan, adegan menggigit pelan sang majikan sering diperagakan anjing. Itu semua sebagai bentuk kegembiraan anjing lantaran majikannya telah kembali ke rumah. Menyenangkan sekali.
Tetapi itu tadi, keharmonisan anjing dan pemiliknya itu hanya sementara. Sembari menunggu anjing siap dibawa ke penjagalan. Kalau dihitung sejak lahir hingga "dieksekusi", kira-kira anjing hanya butuh waktu dua sampai tiga tahun lamanya bertahan di dunia. Jika sudah dianggap dewasa dan berharga, majikan akan melego anjingnya ke pembeli. Umumnya dijual ke kedai makan alias "lapo" yang setiap hari menyediakan daging B1 dan B2.
Sedikit informasi, B1 merupakan singkatan dari Biang (huruf B hanya satu). Biang dalam bahasa Batak adalah anjing. Ini sebetulnya kata yang tergolong kasar dalam bahasa Batak. Adapun kata halus dari "biang' dalam bahasa Batak adalah panangga atau asu. Sementara B2 adalah singkatan dari Babi (mengandung 2 huruf B).