Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Anies Anggap Remeh PSI Jakarta, Kok Bisa?

5 November 2019   13:33 Diperbarui: 5 November 2019   13:48 151 1
Kurang-lebih seperti itulah yang sedang dialami PSI Jakarta saat ini. Heboh lem Aibon, Pulpen, dan terakhir honor konsultan penataan RW tampaknya tak menciutkan nyali Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta. Malah, terkesan diangap remeh. Anies menuding PSI hanya cari panggung, maklum karena masih parpol baru lahir.

PSI Jakarta tak gentar. Terus berjuang. Mengkritisi kinerja Anies terutama soal transparansi anggaran. Tapi lihat, Anies membalasnya dengan gaya yang menurut saya sangat lucu. Anies dengan enteng menyalahkan sistem e-budgeting, warisan Jokowi dan Ahok. Lucu, lantaran Anies seolah tak percaya teknologi walau hidup di era teknologi.

Kemudian, sekadar bersilat lidah, Anies mengklaim akan meng-upgrade sistem e-budgeting tersebut menjadi lebih sempurna. Pertanyaannya, kenapa baru sekarang berpikir seperti itu, setelah PSI membunyikan gong perlawanan? Di situlah letak kelucuan seorang Anies.

Kenapa harus lucu? Itu lebih baik ketimbang memilih kata atau sebutan lain yang kurang elok dituliskan. Harus hati-hati memilih kata-kata, layaknya Anies yang memang piawai bermain kata.

Kembali lagi soal remeh, kenapa Anies meremehkan PSI Jakarta? Tak lain karena PSI memang berjuang sendiri. Lihat saja, parpol di DPRD DKI kompak diam seribu bahasa. Membiarkan PSI berjuang sendiri. Tak ada bantuan sama sekali.

Coba kalau PDIP sebagai pemilik kursi terbanyak di DKI ikut angkat suara. Juga Gerinda dan PKS. Bisa dipastikan reaksi Anies akan berbeda. Bukan kesan remeh yang muncul, melainkan langsung meminta maaf dan berjanji akan menindak tegas seluruh pegawai yang lalai.

PSI, betul didukung warga dan netizen budiman. Dukungan itu perlu dan menjadi vitamin penambah daya gedor PSI. Agar PSI lebih kuat menghadapi kenyataan. Hanya saja, dukungan publik itu masih kurang karena baru disuarakan lewat media sosial. Daya gedornya masih kurang. Belum lagi kelompok pembela Anies di media sosial juga tak kalah militan.

Itu berarti PSI Jakarta akan terus dianggap remeh bila berjuang sendirian. Pertanyaannya, mungkinkah PDIP dan Gerindra bersedia bergabung dengan PSI? Maaf, saya kok kurang yakin ya. Semoga Anda paham maksud saya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun