Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Pilihan

Erick Thohir dan Nasib Gedung Pencakar Langit Pertamina

26 Oktober 2019   12:09 Diperbarui: 26 Oktober 2019   12:36 810 4
Pertamina Energy Tower, adalah gedung pencakar langit setinggi 530 meter dengan 99 lantai. Lokasinya di kawasan Rasuna Episentrum, Jakarta, dengan biaya investasi sebesar 1,7 miliar dolar AS. Pembangunan gedung ini digadang-gadang sebagai simbol Pertamina di jajaran perusahaan kelas dunia. Tak hanya sekadar rencana, pembangunan gedung ini bahkan sudah ditandai dengan peletakan batu pertama, Desember 2013 oleh Karen Agustiawan, Dirut Pertamina saat itu.

Rencana awal, gedung pencakar langit dan tertinggi di Indonesia ini juga bakal mengalahkan ketinggian Menara Petronas tersebut akan rampung pada tahun 2020. Itu berarti, tinggal setahun lagi seandainya rencana itu berjalan mulus. Karen saat meletakkan batu pertama, saat itu menuturkan nantinya gedung tersebut akan menampung sebanyak 23 ribu pekerja Pertamina dan seluruh anak perusahaan. Dengan begitu para pekerja yang menangani berbagai aspek bisnis energi diharapkan dapat bekerja secara efektif dan efisien.

Lebih lanjut, Karen mengatakan, seluruh potensi energi terbarukan seperti geothermal, air, matahari, dan gas harus bisa dimanfaatkan di gedung ini. Pasalnya, gedung Pertamina Energy Tower ini akan dijadikan sebagai ikon energi. Yakni 55 persen luas lahan akan dipakai sebagai area terbuka hijau. Sehingga terdapat sistem recycle air hujan. Konsep green building ini diharapkan membantu pemerintah DKI Jakarta untuk menjaga resapan air hujan.

Karen juga menginginkan Pertamina Energy Tower menjadi landmark Indonesia. Ikon dan bentuk representatif Pertamina sebagai perusahaan minyak nasional dengan visi World Class Energy Company dan Asian Energy Champion pada 2025.

Namun sayang, mimpi itu sebatas peletakan batu pertama. Tidak ada lagi aktivitas pembangunan selain menyisakan bebatuan belaka. Dirut Pertamina pengganti Karen, Dwi Soetjipto, berujar, pembangunan menara tersebut ditunda sementara. Bahkan, apabila nanti dilanjutkan, tidak lagi dibangun setinggi 99 lantai dan setinggi 530 meter.

Dwi yang kini menjabat Kepala SKK Migas mengatakan, jumlah lantai dikurangi menyusul pertimbangan tarif sewa tenant yang terlalu mahal sehingga tidak sesuai dengan market. Dwi kala itu menyebut pembangunan gedung mungkin saja dilanjutkan bila harga minyak sudah membaik.

Elia Massa Manik dan Nicke Widyawati, pengganti Dwi di kursi Bos Pertamina, tak pernah lagi menyinggung soal gedung pencakar langit ini. Nicke lebih fokus mengurusi bisnis Pertamina yang terbentang dari hulu ke hilir, di dalam dan luar negeri. Terlebih, harga minyak dunia masih dalam status siaga. Alhasil, Nicke lebih fokus menata perusahaan ketimbang memikirkan proyek mercusuar gedung pencakar langit.

Enam tahun berlalu, Pertamina Energy Tower barangkali sudah waktunya dilihat kembali Erick Thohir, Menteri BUMN yang baru saja ditunjuk Presiden Jokowi. Sebagai menteri yang mengurusi perusahaan pelat merah, Erick salah satunya berkuasa mengarahkan masa depan dan mimpi Pertamina. Termasuk memutuskan apakah gedung pencakar langit itu akan diteruskan atau dihentikan.

Apalagi, bila ditinjau dari aspek gengsi, pembangunan gedung pencakar langit ini memang penting bagi pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Yakni sebagai proyek mercusuar yang menggambarkan keberhasilan Kabinet Indonesia Maju. Meninggalkan sebuah 'legacy' yang dapat memicu semangat kerja pemerintahan berikutnya.

Duitnya dari mana? Gampang, berapalah itu. Jangankan investasi gedung pencakar langit, Ibu Kota saja dipindahkan Presiden Jokowi. Kecil itu, mah! Tinggal bagaimana Erick Thohir bersama dua Wamen-nya melahirkan inovasi. Tentu ikut pula melibatkan Direksi Pertamina sendiri. Mampukah Erick Thohir mewujudkan mimpi besar itu?

Menarik dinantikan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun