Namun yang paling gelisah bukan mereka sebenarnya. Tetapi Gubernur DKI Anies Baswedan. Sebab bisa dipastikan, kekuatan politik Anies saat ini sudah timpang. Gerindra yang tampil sebagai salah satu motor penggerak mesin politiknya kini sudah berlabuh di kandang Banteng. Tinggal menyisakan mesin PKS. Tentu tak cukup.
Sebagai petahana Gubernur DKI, Anies sangat mungkin kalah atau bahkan tak lagi dicalonkan di Pilgub DKI 2022 nanti. Kemungkinan itu bisa dilihat dari komposisi pendukung Jokowi saat ini, khususnya Gerindra. Dengan akurnya PDIP-Gerindra, maka Pilgub DKI sangat berpeluang tampil begitu-begitu saja. Tanpa gejolak politik yang signifikan. Penyebabnya, kandidat cagub yang bertarung mungkin hanya satu pasangan saja.
Kalaupun Anies maju, yang paling berpeluang mengusungnya adalah PKS dan NasDem. Masalahnya, NasDem di bawah Surya Paloh juga tidak semudah itu memberikan restu kepada Anies. Hal inilah yang menjadi batu sandungan bagi Anies untuk merintis jalan menuju Pilpres 2024.
Sehingga strategi memenangkan Pilpres 2024 sejatinya sudah dirancang dengan baik oleh PDIP-Gerindra. Sebuah koalisi yang sangat apik mematikan langkah politik Anies. Langkah pertama akan dimulai di Pilgub DKI 2022 nanti. Yakni, memasangkan kader Banteng dan kader Garuda sebagai cagub-cawagub. Misalnya, Tri Risma dan Sandiaga. Atau kader lain yang dianggap cocok dan kredibel.
Selanjutnya, pada Pilpres 2024, Prabowo akan tampil sebagai capres dengan menggandeng cawapres dari PDIP. Misalnya, Puan Maharani. Duet Prabowo-Puan di Pilpres 2024 akan sangat sulit dikalahkan. Hal ini mengingat bersatunya dua kubu 'cebong dan kampret' dalam satu laga. Koalisi ini mungkin saja berlanjut di lima tahun berikutnya. Yakni pada Pilpres 2029, ketika Puan Maharani akan tampil sebagai capres.
Anies Baswedan sepertinya harus lebih kerja keras lagi. Namun, sejauh ini tak ada yang bisa dilakukan Anies selain menyelesaikan masa baktinya hingga 2022 nanti. Selamat tinggal, Anies Baswedan.