Meski bersuku Batak yang berasal dari sebuah kabupaten di Sumut, saya sama sekali tak pernah tinggal lama di Medan, seperti kebanyakan perantau asal Tapanuli lainnya. Itu sebabnya kami dijuluki, BTL alias Batak Tembak Langsung di perantauan macam Jakarta. Belum tahu Medan tapi sudah langsung beranjak ke luar Sumut.
Walau begitu, bukan berarti BTL tak paham soal bagaimana "kerasnya" masyarakat Medan, karena kehidupan di luar Sumut juga tak kalah kerasnya. Namun yang mungkin luput dari pengalaman BTL adalah soal ragam bahasa dan pengucapannya saja.
Nah, berdasarkan pengamatan dan pengalaman pribadi, inilah sejumlah hal yang perlu Anda ketahui bila sedang berkunjung ke Medan, khususnya terkait bahasa sehari-hari:
1. Impres bukan Inpres
Warga Medan terkenal dengan sikap blak-blakan. Mengatakan apa adanya tanpa bumbu basa-basi. Hal itu bahkan terbawa-bawa pada soal penulisan kata tertentu. Sebuah bank pelat merah saja ikut terpengaruh. BRI Kacab Pasar Inpres yang terletak di Simpang Kwala, Padang Bulan, menuliskan Inpres menjadi Impres.
Coba saja, mengucapkan Inpres memang lebih sulit ketimbang Impres. Inpres, ujung lidah harus menyentuh langit-langit mulut bagian depan. Sementara Impres, cukup mengatupkan kedua bibir saja, urusan selesai. Itu salah satu bukti kalau orang Medan lebih suka bekerja cepat.
2. Pasar dan Pajak
Pasar di kota lain seperti Jakarta adalah tempat berkumpulnya pedagang dan pembeli. Di Medan, pasar adalah jalan raya yang beraspal. Jadi kalau Anda mau ke pasar, itu berarti Anda akan menuju jalan raya. "Kau mau bunuh diri, udah bosan hidup kau rupanya?" Itulah jawaban yang pasti Anda terima.
Pajak adalah kata ganti dari pasar. Maka bila hendak ke pasar, ucapan yang sering digunakan adalah "Ayo ke Pajak Impres." Sekali lagi, Impres bukan Inpres. Walaupun dalam kasus bank pelat merah tadi, tetap ditulis Pasar Impres bukan Pajak Impres. Mungkin, mereka ingin mengikuti sistem administrasi umum saja meski tetap "lolos" soal Inpres.
3. Gayung dan Gowes
Sepeda di Medan buka digowes melainkan digayung. Kata bakunya memang gayung bukan gowes seperti yang lazim digunakan di kota lain. Jadi dalam hal ini, warga Medan ikut berjasa mempertahankan kata baku bahasa Indonesia.
4. Recok dan Sibuk
Recok adalah kata lain dari berisik atau reseh. Anak-anak yang berisik saat ada acara keluarga biasanya akan diingatkan: "Jangan recok kali ya, awas kau".
Sementara sibuk adalah ucapan agar orang lain tak perlu ikut campur. Misalnya, "Sibuk kali kau, suka-suka akulah". Itu maksudnya tak usah ikut campur urusan orang lain.
5. Kereta, Motor, Mobil
Soal ini sepertinya sudah banyak dibahas. Bahwa kereta adalah kata ganti motor, sementara motor kata ganti mobil. Adapun kereta api wajib diucapkan sesuai aslinya, yakni kereta api.
Demikian sekilas soal bahasa sehari di Medan, semoga bermanfaat.
Medan, 08 Juni 2019