Mesin politik Demokrat yang macet itu terlihat ketika sembilan bupati/walikota di Provinsi Maluku Utara dengan tegas menyatakan dukungannya kepada Jokowi-Ma'ruf. Salah satu dari kepala daerah itu adalah Bupati Kepulauan Sula yang juga Ketua DPD Partai Demokrat (PD) Propinsi Malut, Hendrata Thei. Dilansir tribunnews.com, Minggu (3/2/2019), deklarasi itu dilakukan di Rumah Aspirasi Jokowi-Ma'ruf, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta.
Mbalelonya kader Demokrat ke kubu Jokowi merupakan gambaran bahwa kharisma SBY kini semakin luntur. Sebab ini bukanlah yang pertama. Di daerah lain seperti Papua, kader Demokrat juga terang-terangan mendukung Jokowi. Bahkan, khusus di Papua, SBY sendiri mempersilakan sikap kadernya untuk mendukung pencapresan Jokowi-Ma'ruf. Hal ini jelas menunjukkan bahwa SBY tak lagi memiliki cengkeraman yang kuat hingga ke akar rumput Demokrat.
Kalau begitu, apakah kharisma SBY memang betul sudah mulai luntur setelah tak lagi menjabat Presiden? Bisa jadi, lantaran arus politik memang selalu dinamis khususnya di kalangan parpol penguasa. Hari ini menimpa SBY, tidak tertutup kemungkinan hal serupa juga akan dialami PDIP bila nanti tak berkuasa lagi. Demikian seterusnya.
Namun di saat bersamaan, dukungan para kepala daerah khususnya Bupati Kepulauan Sula juga berdampak pada capres penantang Prabowo. Dukungan kepala daerah tersebut dipastikan akan mempengaruhi potensi suara yang bakal dinikmati Prabowo. Setidaknya, seluruh pengurus Demokrat di daerah itu tidak akan lagi mencoblos Prabowo, tetapi mengalihkannya ke pasangan Jokowi-Ma'ruf. Itu belum termasuk masyarakat umum yang bakal terpengaruh oleh manuver Demokrat di daerah itu.
Dengan beralihnya dukungan pengurus Demokrat tersebut, tak lain menjadi kabar buruk bagi kubu penantang. Prabowo seolah ketiban sial setelah menggandeng Demokrat sebagai salah satu parpol pendukungnya.