Boris dikenal sebagai pejabat dengan karir cemerlang yang dimulai dengan keberhasilannya sebagai walikota 2008-2016 yang menjadikan London sebagai tuan rumah Olimpiade 2012. Kemenangannya dalam pemilu yang mengantarkannya ke kursi PM pada 2019 sempat menggemparkan dengan janjinya dalam menyelesaikan Brexit.
Badai pandemi Covid-19 juga menghantam karir Boris yang dianggap gagal dalam menangani wabah yang melanda seluruh dunia tersebut. Bantuan finansial dianggap sangat tidak memadai dalam mengatasi krisis perekonomian di negara tersebut.
Ditambah dengan tertangkapnya para pejabat Inggris yang masih melakukan pesta-pesta besar padahal pemerintah sendiri sudah menetapkan lock down di seluruh negeri turut merusakkan reputasinya. Semula tidak mengakui, walau kemudian mengizinkan penyelidikan atas kasus tersebut yang kemudian dikenal sebagai "Partygate".
Keberpihakannya kepada Ukraina yang diinvasi Rusia dengan menjanjikan bantuan senjata dan ekonomi kepada Ukraina justru berbanding terbalik dengan dukungan rakyat. Deraan krisis ekonomi yang semakin kuat makin merontokkan popularitasnya dengan penugunduran diri anggota parlemen dan menteri-menteri pendukungnya.
Belajar dari krisis Inggris yang mengakibatkan harus berhentinya Boris membuat kita makin bersyukur atas keberhasilan negara kita dalam mengatasi pandemi Covid-19 dan ketidakberpihakan pada salah satu negara pada perang Rusia -- Ukraina.