Memahami seluk beluk dan sepak terjang OC merupakan salah satu topik yang menarik bagiku untuk mendiskusikannya. Gambaran umum khalayak memang lebih banyak negatifnya daripada positifnya. Bahkan -- beberapa tahun lalu -- pada salah satu ibadah pernah seorang pengkhotbah dari mimbar menyampaikan hal yang buruk tentang OC ini, misalnya dikatakan sebagai perusahaan pemotong gaji karyawan (persisnya: mengurangi gaji karyawan), tidak ada kepastian (setiap saat bisa diberhentikan), tidak ada masa depan (karena bukan perusahaan yang diwakilinya).
Pokoknya, serba jeleklah! 'Nggak ada disebutkan satu pun hal yang baik, misalnya sebagai solusi dalam mengatasi pengangguran, bahkan tersedia juga karir yang menjanjikan.
Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi yang benar. Juga kepada karyawan tidak dijelaskan dengan sejelas-jelasnya: hak dan kewajiban, status kekaryawanannya, peluang ke depannya, dan lain-lain. Tidak semua OC adalah perusahaan yang "berani jujur" kepada karyawannya, dan tidak semua juga serius mengurus bisnis "menjual orang" ini. Salah persepsi menjadi sesuatu yang jamak terjadi, padahal ada juga OC yang layak dijadikan pilihan bagi karyawan.
Syaratnya, bekerjalah di OC yang profesional yang dipimpin orang-orang profesional yang melihat reputasi adalah aset utama perusahaan. Jadi, bukan sekadar "menjual" tenaga kerja, melainkan juga mengembangkan karyawan dengan berbagai keahlian untuk meningkatkan kompetensi untuk menaikkan "nilai jual" karyawan kepada user company. Itulah di antaranya yang aku lakukan bersama kawan-kawan di OC yang memang serius mengurus sumber daya manusia berkualitas.