Di sekolah itulah aku mengenal Pancasila. Bertemu dengan kawan-kawan dari kampung lain dengan latar belakang suku yang berbeda. Juga agama, tentunya. Kami bisa hidup rukun walau kadang saling mengejek yang kemudian diakhiri dengan tertawa bersama. Menertawai perbedaan yang sebaliknya menjadikan kami saling mengenal sesama "makhluk aneh".
Ada yang unik yang aku kenang sampai sekarang yang aku belum terlalu paham juga, yakni "kewajiban" menyanyi pada akhir usainya bersekolah untuk hari itu. Nyaris setiap hari, menunggu lonceng berbunyi tandanya murid-murid sudah bisa pulang ke rumah. Entah karena sudah habis bahan pelajaran, apakah karena guru sudah malas dan lelah, atau ada maksud "terselubung" (yang secara positif kemudian aku memahaminya sebagai penanaman jiwa patriot dan cinta bangsa), satu jam sebelum pulang, satu per satu murid disuruh guru untuk maju ke depan kelas untuk bernyanyi.