Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

"Tentang Aminah"

25 Maret 2012   05:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:31 196 0
Malam ini dinginnya terasa begitu menusuk, karena memang di penghujung musim dingin keadaannya semakin memburuk...diperkirakan suhu di Saudi Arabia (KSA) sekarang ini, khususya di Riyadh city  berada dibawah enol derajat celcius.

Jarum jam sudah menunjukan angka sebelas malam hari, tapi belum juga membuat Aminah beranjak tidur, dia masih disibukan dengan memeriksa catatan pemasukan siang tadi dan beberapa catatan lain yang dianggap perlu untuk di cek kembli...sudah menjadi kebiasaannya setiap malam dia melakukan hal tersebut ...dan setelah semuanya dirasa sesuai, barulah Aminah mengarsipkannya.

Malam ini ada yang berbeda, setelah selesai dengan kegiatan rutinnya Aminah masih belum bisa tidur juga, sudah dia coba berkali-kali untuk memejamkan kedua matanya tapi hasilnya nihil..fikirannya bertambah tidak karuan... mungkin karena hatinya yang masih diliputi kegembiraan yang teramat sangat.

Sore tadi sang majikan menyampaikan kabar yang dia tunggu-tunggu selama ini..dengan berat hati sang majikan mengijinkan Aminah untuk pulang ke negara tercinta Indonesia bulan depan, walaupun masih ada sisa waktu tiga minggu lagi buat pengurusan kepulangannya,  tetapi buat Aminah seperti besok hari semuanya itu akan terjadi.

Sudah genap empat tahun Aminah berada di negara Saudi Arabia sebagai TKW, pengorbananya untuk jauh dari keluarga merupakan hal yang harus dia bayar mahal terutama jauh sama anak satu-satunya Safrizal...fikirannya melayang-layang kembali kemasa dimana dia memutuskan untuk menjadi tkw...sakit hati karena penghianatan itu yang dia rasakan...syaeful adalah sumi yang sangat dia kagumi dan hormati, dulu aminah merasa sangat beruntung mempunyai suami seperti syaeful ini, orangnya taat beragama, benar-benar  tauladan dan imam bagi keluarga kecilnya....tapi sayang semuanya itu berubah seratus delapan puluh derajat, setelah Syaeful mengenal sosok wanita bernama Riyanti...janda beranak dua yang baru pulang menjadi tkw dari Saudi Arabia, dengan modal sebuah motor bekas, riyanti membuat syaeful melupakan keluarganya...masih terngiang ditelinga Aminah ucapan Syaefl waktu itu...

"pokonya niat akang sudah tidak bisa ditawar-tawar, akang akan menikahi Riyanti dengan atau tanpa persetujuan dari kamu" tegas syaeful dihadapan Aminah, Abah dan emak.

"memangnya kamu sudah siap berbuat adil?" ..tanya abah?

"jangan ajarkan saya masalah berlaku adil, saya bisa berlaku adil asalkan semuanya bisa diatur"

..jawab Syaeful

Aminah tidak bisa berkata-kata, hatinya sudah terlanjur sakit, sebelumnya dia sudah cukup banyak mendengar dari gunjingan para tetangga tentang kedekatan suaminya dan janda itu, dia bukan lah tipe perempuan yang pandai mengutarakan perasaannya sekalipun dalam keadaan marah..sebagai jawaban dari ketidak setujuannya, maka Aminah meminta kepada Syaeful untuk menceraikannya...bagaimanapun dia masih belum siap untuk berbagi suami dengan perempuan lain.

Sekarang dia cuma bisa tersenyum pahit mengingat masa-masa itu...apapun bentuknya dia jadikan pengalaman berharga,  Aminah menjadi lebih siap menghadapi kemungkinan terburuk sekalipun dalam hidupnya.

Aminah sekarang mengalami banyak kemajuan, selama empat tahun menjadi tkw dia belajar banyak...

Waktu pertama kali datang ke Saudi, Aminah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di salah satu keluarga pendatang berkebangsaan Turki, sepertinya nasib baik berpihak kepada dia....Aminah mendapatkan majikan yang benar-benar baik' ramah dan sopan, tidak seperti orang Arab pribumi pada umumnya, yang dia dengar dari cerita teman-temanya sewaktu di penampungan dulu...belum genap satu tahun bekerja sebagai pembantu rumah tangga, Aminah diminta majikannya untuk memebantu di salon khusus perempuan yang baru berdiri...tidak sampai satu bulan, dia sudah bisa melayani para tamu yang datang kesalon tersebut, tentu saja membuat sang majikan senang karena tidak perlu menambah karyawan baru...lama-kelamaan sang majikan bahkan mempercayakan pengelolaan salon  tersebut kepada Aminah.

Penghasilan dari bekerja di negri orang selama ini, rutin Aminah kirimkan setiap bulannya kekampung, untuk membiayai kehidupan sehari-hari abah, emak, terutama Safrizal yang sebentar lagi akan masuk ke SMP...salah satu alasan ini lah yang membuat Aminah bersikeras untuk pulang, dia ingin menyaksikan sang buah hati mulai memakai seragam putih-birunya, sebagai orang tua tunggal, dia merasa mempunyai tanggung jawab lebih, termasuk meilihkan sekolah terbaik untuk anaknya...berkat kebijaksanaan abah sama emak uang dari hasil kiriman Aminah juga sdikit demi mereka jadikan modal untuk membuka warung sembako di halaman rumah.

Tok tok tok..."Assalamualaikum"

tiba-tiba terdengar orang mengetuk pintu, membuyarkan lamunan Aminah

"wa'alaikum salam"..jawab Aminah, sambil beranjak membukakan pintu

seorang lelaki berdiri didepan pintu, dialah  Madhaf  Thafa...suami Aminah sekarang yang baru menikahinya sekitar satu tahun yang lalu, mereka dipertemukan sang majikan...Madhaf adalah pria berkebangsaan Nepal,  dia  bekerja sebagai sopir pada keluarga buya Ibrahim yang merupakan majikan Aminah juga...Madhaf tinggal terpisah dengan Aminah, dia tinggal bersama keluarga majikannya yang cukup jauh, sedangkan Aminah sekarang dikasih tempat tinggal dilantai atas salon yang di kelola, jadinya membuat mereka tidak bisa bertemu setiap hari, paling sering mereka bertemu dua hari dalam seminggu, hari kamis dan jum'at yang merupakan weekendnya orang Saudi...tapi itu sudah cukup buat mereka, untuk mengisi kekosongan hati masing-masing.

"apa kabar sayang?" ucap Madhaf, begitu Aminah mencium tangannya

"baik, timi lai kasto chha maiya?"

jawab Aminah, sambil melontarkan pertanyaan yang sama dalam bahasa Nepal

"alhamdulilah baik juga"...

begitulah, mereka memang sering bertukar bahasa dalam berkomunikasi.  Madhaf memanggil Aminah dengan sebutan sayang, sementara Aminah memanggil Madhaf dengan sebutan maiya yang merupakan panggilan sayang dalam bahasa Nepal...kadang-kadang mereka berkomunikasi dalam bahasa Arab diselingi sedikit-sedikit bahasa inggris.

"maiya kenapa tidak menelepon dulu mau datang, bukannya sekarang baru hari senin"

tanya Aminah, sambil menyodorkan segelas 'say' atau teh susu hangat kepada Madhaf

"aku kangen sayang, masa tidak boleh? sekalian mau ada gir -gir"

"bukannya begitu, ana fardhu ibgho suf inta..is muskil maiya, memangnya mau ngobrol apa?"

Aminah duduk didekat madhaf

"sayang aku sudah tahu dari madam Ibrahim, kamu akan pulang bulan depan"

"iya maiya, tadi madam memberi tahu aku...maiya, aku sudah kangen sekali ingin kembali ke indo, kangen sama keluarga terutama sama Safrizal"...

"berarti kamu akan meninggalkan aku?"..madhaf memegang tangan Aminah erat-erat

"seperti yang aku bilang maiya, itu terserah kamu karena aku tidak akan memaksa kamu untuk ikut bersama aku"

"sayang, kamu kan tau aku juga punya istri dan anak di Nepal..sekarang aku benar-benar tidak tau harus berbuat apa?"

"maiya aku tau, dan aku sangat rela... kamu lebih baik kembali kepada keluargamu, kita juga tidak akan menikah kalau tanpa persetujuan dari istri kamu"

Aminah tidak bisa menahan tangisnya...jujur dalam hatinya dia sangat mencintai lelaki yang ada dihadapanya ini, tapi dia juga mengerti untuk tidak memiliki seutuhnya karena dia karena dia tahu persis seperti apa rasanya kalau suami memilih pergi dengan perempuan lain

"sayang jangan menagis, sebenarnya aku tidak mau kita berpisah karena aku benar-benar mencintai kamu"

Madhaf memeluk Aminah

"maiya..aku juga percaya dengan ketulusan cinta kamu, tapi bukan itu yang harus kita fikirkan sekarang..biarkan lah aku pergi, kita masih bisa saling mencintai walaupun tidak berada ditempat yang sama"

percakapan pun terhenti, hanya fikiran dan hati mereka yang saling berkata-kata...kadang tidak harus banyak kata di ucapkan kalau kita tahu kemana arah pembicaraan itu akan berakhir. malampun semakin larut dan bertambah dingin, menemani suasana dinginnya hati dua insan yang saling mencintai tetapi harus terpisahkan.

perceraian untuk kedua kalinya terjadi dalam kehidupan Aminah...dia memutuskan lebih baik berpisah dengan Madhaf dari pada ada orang lain yang menderita dan tersakiti dengan kebahagiaan yang akan dia dapatkan...Aminah yakin, kehidupannya tidak akan bertambah buruk dengan berstatus janda kembali. Menurutnya tidak harus seorang perempuan terus berada dibawah katiak seorang laki-laki, dia tahu bagaimana caranya untuk bisa bertahan diatas kaki sendiri...difikirannya cuma satu sekarang, bertanggung jawab untuk membesarkan sang buah hati...dengan berbekal modal dan pengalam yang dia punya saat ini,  dia bertambah optimis untuk menjadi lebih baik...senyum keyakinan tergambar dibibirnya..

Bismillah...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun