Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Artikel Utama

5 Kunci Membuka Gembok Interaksi Orang Jepang

8 Januari 2014   23:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:00 2122 26

Keharmonisan adalah kunci besar dalam segala kunci untuk membuka gembok sukses berinteraksi dengan orang Jepang. Dan sebetulnya hal ini merupakan sifat universal yang dimiliki oleh bangsa mana pun. Dalam arti, tidak hanya Jepang, tetapi dari negara lain juga memiliki pandang-pandangan demikian. Tetapi yang menjadi pembedanya adalah, beberapa ungkapan dalam Bahasa Jepang yang menyertai konsep Keharmonisan tersebut.

Bagimana keharmonisan dalam berinteraksi dengan orang Jepang ini agar tetap terjaga? Diperlukan beberapa kesadaran yang harus dimiliki masing-masing personil yang akan terlibat dalam interaksi tersebut. Diantaranya seperti berikut .

a. 自己と他者の区別を認職する (jibun to tasha no kubetsu o ninshiki suru). Dalam berkomunikasi, harus ada kesadaran bahwa diri pribadinya berbeda dengan pribadi orang lain. Dengan adanya pemikiran ini diharapkan tidak menuntut yang berlebihan dengan cara membandingkan diri sendiri dan orang lain.

b. 相手にも五分の理を認める (aite ni mo gobu no ri o mitomeru). Dengan saling memahami satu dengan yang lain, orang akan sadar baik pada kekurangan diri mau pun pada kemampuan orang lain. Dengan begitu bisa belajar dari orang lain pada sisi baiknya.

c. 相手を重視する (aite o juushi suru) menghargai pihak lawan. Dengan saling menghargai, saling memberi perhatian akan lebih mempertinggi kualitas komunikasi.

d. 相手の立場に身に置く(aite no tachiba ni mi ni oku) dengan cara selalu meletakkan diri sendiri pada posisi pihak lawan, akan lebih mudah menyelami kondisi lawan. Dengan begitu diri kita lebih mudah memperbaiki diri sendiri dengan cara mempelajari kekurangan pada pihak lawan, karena hal-hal berupa masalah yang tadinya tidak tampak, akan tampak jika kita melihat diri orang lain, jadi kita lebih bisa instropeksi diri.

Menurut penulis yang paling susah dilakukan oleh orang Jepang adalah point nomer 1. Kenapa? Ya! Karena mereka terbiasa seragam dalam segala hal. Misalnya, kondisi sekolah dari kota besar sampai kota metropolitan itu sama semua dalam segala hal, misalnya pengadaan buku pegangan siswa, fasilitas penunjang belajar dlsb. Faktor keseragaman ini yang menjadikan manusia Jepang tidak terbiasa menerima perbedaan orang lain

Kemudian, seperti yang telah diutarakan di atas, yang menjadi pembeda dengan cara pikir bangsa lain adalah, adanya "Ungkapan Perasaan Hati" yang wajib diperhatikan bagi orang yang akan berinteraksi dengan orang Jepang. Diistilahkan denga日常の五心 nichojou no itsutsu kokoro, "perasaan hati yang dipakai dalam interaksi keseharian". Mari kita uraikan satu persatu.

1.「はい」という素直な心 (’hai’ to iu soujiki na kokoro), Mengucapkan “Hai” yang berarti “ya”, merupakan ungkapan kepolosan hati pada saat merespon suatu pembicaraan pada saat komunikasi berlangsung.

Mereka akan mengucapkan dengan tegas dan keras, apalagi setelah menerima suatu pujian atau suatu pertanggung jawaban kerja. Dalam kebiasaan orang Indonesia, “Baik” atau “Siap”, ini mungkin menjadi padanan kata yang tepat.

2.「すみません」という反省な心 (‘sumimasen’ to iu hansei na kokoro). Mengucapkan “sumimasen” yang berarti “maaf”, merupakan ungkapan penyesalan hati pada saat komunikasi hasil dari instropeksi diri perenungan diri pada saat merespon suatu pembicaraan pada saat komunikasi berlangsung.

“Sumimasen” ini ternyata tidak hanya dipakai dalam konteks kesalahan yang mengakibatkan kerugian atau beban lawan. Tetapi juga dipakai pada konteks untuk menyatakan “terima kasih”, karena orang Jepang menganggap menerima sesuatu yang biasanya orang Indonesia hanya mengucapkan “Terima kasih” itu berbeda bagi orang Jepang. Bagi orang Jepang menerima pemberian dari seseorang itu adalah beban hutang yang harus dikembalikan, jadi cukup membuat lawan terbebani.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun