Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola

Serangan ‘Bola’ Persepakbolaan Indonesia dari Berbagai Penjuru

6 Juni 2015   17:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:20 121 0

Apa yang kini sedang menggelegar di kancah olah raga Indonesia? Salah satu cabang olah raga paling digemari, paling banyak membantu perekonomian Indonesia, paling banyak memiliki andil di industri olah raga Indonesia, tentu saja, sepak bola. Sayangnya, persepakbolaan Indonesia saat ini tengah dihantam “bola” secara bertubi-tubi dari berbagai penjuru.

Serangan pertama, datang dari ketidakpastian manajemen persepakbolaan nasional. Pada tanggal 18 Februari 2015, PSSI menginformasikan kepada FIFA bahwa ISL, Indonesian Super League, ditunda karena adanya BOPI yang jelas telah melanggar statuta FIFA. Ini merupakan satu bentuk keburukan budaya orang Indonesia yang suka menunda-nunda program kerjanya. Syukurnya, FIFA masih memberikan keringanan atas hal ini.

Kemudian, pada tanggal 4 April 2015, ISL berjalan tetapi 12 April kembali terhenti setelah BOPI memberika surat peringatan (8 April) kepada PSSI tentang sanksi PSSI karena dianggap memasukan 2 klub Persebaya dan Arema yang menurut BOPI tidak direkomendasikan ikut kompetisi. Semakin datang ke sini, semakin terlihat bahwa industri persepakbolaan Indonesia mulai tidak becus. FIFA sudah mulai geram.

Puncak kloter ‘serangan’ pada PSSI tiba saat kemenpora melakukan pembekuan pada PSSI. Hal ini dikarenakan banyaknya masalah di tubuh PSSI yang telah berpraktik selama bertahun-tahun. Apung Widadi, aktivis Save Our Soccer, menilai pembekuan PSSI oleh kemenpora sudah tepat dikarenakan adanya beberapa faktor. Saat ditanyai pada Senin, 20 Aprik 2015, Apung menilai ada empat faktor yang membuat PSSI pantas untuk dibekukan oleh kemenpora.

Faktor pertama adalah adanya ketidak-transparan PSSI dalam kepengurusan keuangan. Selama ini, PSSI dinilai tidak memberikan kejelasan dalam perhitungan akuntabilitasnya. PSSI dianggap tidak benar dalam melakukan pengelolaan sumber ekonomi yang diperolehnya dari APBN. Hal ini membuat kemenpora curiga dan menduga adanya biang korup dalam perekonomian PSSI.

Faktor kedua adalah buruknya manajemen PSSI dalam ISL, Indonesian Super League. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya kesalahan tata kelola yang dilakukan oleh PSSI. Sebagai contoh nyatanya saja, sudah berapa banyak berita yang memuat tentang gaji pemain liga Indonesia yang telat diberikan oleh PSSI.

Ketiga adalah masalah pengaturan gol. Apung mengatakan, pengaturan gol ini sudah terjadi dari pertandingan LSI bahkan sampai pertandingan internasional di mana tim nasional bertanding membawa nama bangsa. "Saya punya rekamannya, dan nilai pengaturannya bisa mencapai miliaran rupiah," kata dia. Menurut Apung, jika pertandingan itu melibatkan tim besar, maka biayanya semakin mahal. Karena, dari uang pengaturan uang gol, PSSI harus membayar wasit, pemain yang ikut bermain dalam pengaturan itu. "Keempat, PSSI diisi oleh orang-orang politikus," kata dia. "Makanya, tidak pernah berkembang dan minim prestasi."

FIFA masih memberikan kesempatan pada PSSI untuk menyelesaikan segala permasalahan internalnya dengan memberikan peringatan pada tanggal 4 Mei 2015. Hal ini berlaku paling lambat 29 Mei 2015 sebelum FIFA menjatuhkan sanksi pada persepakbolaan Indonesia. Meskipun demikian, persepakbolaan Indonesia masih dilanda ketidakjelasan hingga tanggal 22 Mei 2015, dilihat dari peringatan FIFA untuk kedua kalinya.

Kemudian pada tanggal 30 Mei 2015, FIFA menjatuhkan sanksi kepada persepakbolaan Indonesia karena belum memberikan kejelasan hingga batas waktu yang telah ditentukan. Dalam hal ini, FIFA memberikan sanksi berupa:

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun