Aku tidak menjawab dan hanya tersenyum, hanya mengatakan, ‘Insyaallah itu tidak akan terjadi, Insyaallah kita ‘kan bersama sampai membesarkan dan menikahkan kedua anak kita. Karena itulah tugas kita sebagai orang tua.’
Tetapi, sering kali engkau ulang pertanyaan yang sama diminggu-minggu berikutnya. Entah atas dasar apa engkau menanyakannya kembali. Kesehatan kah alasanmu menanyakan ini?
Aku tidak tahu.
Istriku, aku tahu jika jawabanku tidaklah memuaskan saat itu, karena aku tidak ingin bak penggombal yang mudah sekali menyusun kata dan kalimat menjadi melodi yang enak didengarkan. Tetapi yakinlah bahwa aku sudah mempunyai jawaban yang cukup panjang, jawaban yang sudah ada jauh hari sebelum kau menayakan pertanyaan itu.
“Apakah aku menikah lagi, Jikalau Allah memanggilmu dan meninggalkan aku dengan kedua anakku?”.
Tidak, - yang akan aku lakukan dikemudian hari adalah – aku akan meneruskan kewajibanku sebagai orang tua. Aku akan membesarkan kedua anakku dan aku akan bekerja 10 kali lebih keras dari hari-hari yang selama ini aku lewati, untuk mencari harta yang Allah ridloi sebanyak-banyaknya.
Tahu kenapa?
Karena aku akan mempersiapkan jauh-jauh tugas akhirku sebagai orang tua, yaitu memberi bekal ilmu dan harta dan menikahkan mereka.
Ilmu dan harta, itu adalah penting.
Bekal ilmu - ilmu dunia dan ilmu akhirat adalah bekal yang abadi yang akan menuntun untuk mengarungi kehidupannya kelak, cerdas dunia dan cerdas akhirat begitu kata almarhum Uje.
Yang kedua adalah bekal harta.
Saat kedua anak kita kelak akan menikah, bekal harta adalah sangat penting. Membina rumah tangga diawal sangatlah berat jika harta tidak cukup mereka miliki. Tidak cukup cinta saja untuk memulai suatu kehidupan berkeluarga. Tidak cukup ilmu saja untuk memulai suatu kehidupan berkeluarga.
Setidaknya kebutuhan dasar untuk berumah tangga harus terpenuhi, yaitu rumah dan kendaraan. Dua bekal inilah yang menjadi alasanku kenapa aku harus bekerja 10 kali lebih keras.
Dan apa yang akan aku lakukan jika kedua anaku sudah menikah, akankah aku mau menikah lagi?
Tidak. Aku akan bekerja lebih keras lagi. Bukan lagi untuk kedua anakku, tapi untuk aku. Ya, untuk aku – aku akan mencari uang dimana akan aku gunakan untuk berkali-kali umroh mengunjungi rumah Tuhanku. Umroh seperti yang sudah - sudah kita lakukan bersama.
Ada apa dengan umroh? Istriku, engkau tahu keutamaan jika seorang meninggal di makkah atau di madinah?
Istriku, makkah dan madinah adalah dua tempat yang Allah muliakan. Bahkan jika kita menutup usia disana, maka rasulullah pun berjanji akan memberi kita safaatnya.
"Tidaklah seseorang yang tetap tinggal (di Madinah), bersabar dengan cobaan dan kesukarannya lalu meninggal di sana, melainkan aku akan memberi Safa'at dan menjadi saksinya pada hari kiamat, jika ia seorang muslim.”(HR. Muslim)
Karena janji Nabiku itulah istriku - ketika aku di madinah, di roudhoh, di masjid Nabiku – aku akan berdoa ~ aku akan memohon, ya Allah cabutlah nyawa hamba ini, matikan aku di masjid nabiku, ya Allah hamba telah selesai menjalankan tugas sebagai orang tua, hamba telah selesai menikahkan anak hamba, maka ya Allah, saatnya Engkau pertemukan kembali hamba dengan istri hamba….
Dan ketika aku di Makkah, di Masjidil Harram, di Maqam Ibrahim, tempat dimana Tuhanku langsung mendengar doa hambanya, aku akan meminta padaMu – aku akan memohon padaMu, sekali lagi ya Allah matika aku di rumahmu ini, pertemukanlah aku dengan istriku ya Allah…
Dan jika Allah belum memanggilku, insyaallah tahun depannya aku akan kembali kerumahMu lagi ya Allah, dan aku akan berdoa, sekali lagi berdoa dengan doa yang sama.
Itulah, kenapa aku harus terus bekerja, kenapa aku harus mencari uang.. agar aku selalu bisa mengunjungi rumah Tuhanku.. agar aku selalu bisa berdoa dan meminta di rumah Tuhanku
Istriku, semoga ini tidak terjadi, semoga Allah tidak mematikan dulu salah satu dari kita…
karena kita akan melewati masa-masa membesarkan anak, menikahkan anak bersama-sama…..
Semoga Allah meberikan kesehatan, kesempatan, dan ridlo Nya kepada kami.
_______________________________________________
Hatimu tempat berlindungku,
dari kejahatan syahwatku
Tuhanku merestui itu,
dijadikan engkau istriku
Engkaulah.....Bidadari Surgaku
(Bidadari Surgaku, by alm. Uje)