Alhamdulillah,
Banyak orang yang terpikat kepada Islam setelah mengetahui toleransi Islam terhadap agama-agama lain. Mereka terkesan dengan pernyataan bahwa Islam mengakui agama-agama terdahulu sebagai embrionya; agama-agama wahyu terdahulu itu dianggap sebagai batu pijakan ke islam. Islam begitu merasa percaya diri, sehinnga ia tak merasa terancam oleh agama-agama saingannya.
" Katakanlah kebenaran itu dari Tuhan-Mu. Barangsiapa yang suka hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang tidak suka, silahkan menginkarinya "
( Al-Kahfi : 29 )
Dengan demikian, orang-orang yahudi dan kristen serta para pengikut nabi-nabi yang tak disebut namanya di Al-Qur'an menurut Islam bukanlah para penjual yang bersiang di pasar keagamaan, tetapi mereka adalah ibarat " adik kelas " yang berada satu atau dua tingkat dibawahnya.
" Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan pengajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara-cara yang terbaik "
( An-Nhl : 125 )
Itulah cara Islam, namun sayangnya, sebagian dari kita. Terkadang menyeru kepada non muslim ke jalan Allah dengan mengumpat mereka sebagai orang-orang kafir najis, atau pun sebagai para pemakan babi yang sesat, bahkan dengan umpatan-umpatan lain yang lebih rendah. Umpatan-umpatan ini justru akan membangkitkan penentangan mereka. Orang-orang non muslim tidak mengharapkan kita meluruskan mereka, ataupun menunjukkan kekeliruan jalan hidup mereka. Mereka tidak mau dicekoki dengan moral islam. Oleh karena itu umpatan-umpatan itu akan membuat mereka balik menghina islam.
" dan janganlah engkau menistakan sembahan yang mereka seru selain Allah, agar mereka tidak menista Allah karena ketidaktahuan mereka ... "
( Al-An'am : 108 )
Untuk mendakwahkan islam, kita telah dibekali dalil,
" Tiada pertikaian antara kami dan kamu. Allah akan menghimpun kita semua, dan kepada-Nya tempat kita kembali "
( Asy-Syura' : 15 )
• Lantas betapaun ,
" Tidak ada paksaan dalam agama, kebenaran itu jelas berbeda dengan kesesatan "
( Al-Baqarah : 256 )
Maka mengapa kita harus memulai sesuatu pembicaraan dengan orang-orang, yang karena ketidak-tahuan mereka, dengan begitu sensitif? Padahal :
" Dan janganlah kamu berselisih dengan ahli kitab, kecuali dengan cara yang lebih baik, dan kecuali dengan orang-orang yang zalim diantara mereka. Dan katakanlah, Kami percaya kepada apa yang diturunkan kepada kami dan diturunkan kepadamu. Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu dan kepada-Nya kami berserah diri "
( Al- ankabut : 46 )
Dan,
" Dia mensyariatkan agama yang sama seperti yang Dia wasiatkan kepada Nuh, yang Kami wahyukan kepadamu, dan yang Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa. Tegakkanlah agama itu dan janganlah berpecah belah di dalamnya "
( Asy-Syuura' : 13 )
Itulah titik tolak kita: tekanan pada warisan spiritual yang sama. Dari sana, kita dapat meyakinkan mereka bahwa mereka dapat membawa serta sebagian besar keyakinan mereka melalui pintu saringan islam. Mereka hanya harus membuang sedikit gagasan keliru yang merepotkan yang sebenarnya tidak sepenuhnya mereka yakini.
Kehidupan nabi Muhammad SAW, dan para sahabatnya mengemakan spirit toleransi ini. Pernah sekelompok non-muslim meminta Rasulullah SAW mendoakan untuk mereka agar turun hujan. Rasulullah tidak mengatakan kepada mereka bahwa mereka pantas mati karena kehausan. Ia pun tidak menyembur mereka dengan kata-kata bahwa mereka akan ditempatkan di neraka. Nabi memenuhi permintaan mereka, dan hasilnya, hujan pun turun seminggu, sehingga mereka meminta Nabi untuk menghentikan hujan. Nabi SAW berkata : " ݪª Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami dan bukan pada kami. " Maka awan hitam pun berpencar dan hujan pun turun di daerah sekitar, (mas-ruq/bukhari)
Dengan kata lain, kemauan baiklah yang penting: kita harus mengharapkan yang terbaik bagi semua makhluk Allah dan membasmi setiap parasit kebencian yang mengerayangi ego kita.
Pada peristiwa lain, suatu iring-iringan pemakaman melewati Nabi SAW. Yang lalu berdiri untuk menghormati si mati. Ketika ia diberi tahu bahwa si mati adalah orang yahudi, ia menjawab, " bukankah ia pun jiwa yang hidup ? " (Abdur Rahman bin Abi Laila/Bukhari).
Kitalah yang berabad-abad setelah Nabi menunjukkan contoh hidupnya, cenderung kehilangan wawasan: dan kehilangan kerendahan hati yang seharusnya mewarnai karakter kita sebagai Muslim. Kita tak perlu mengkarantina diri dari orang-orang ahli kitab . Sahabat Nabi pun banyak yang mempunyai hubungan yang baik dengan orang kristen. Bahkan Ibnu Abbas sering shalat di gereja-gereja yang bebas patung (bukhari).
Kita seharusnya ingat bahwa iman dan petunjuk itu adalah semata-mata karunia Allah,
• karena,
" Jika Kami Menghendaki, Kami dapat melenyapkan apa yang diwahyukan kepadamu..."
(Al-Isra' : 86)
Merasa saleh sendiri sangatlah tidak pantas. Oleh karena Allah SWT mengatakan :
" Tidakkah engkau melihat orang yang menganggap dirinya suci? Tidak, Allahlah yang menyucikan siapa yang Dia berkenan. "
(An-Nisa' : 49)
• Hikmahnya,
Siapa sangka bahwa orang kafir yang kita hina hari ini akan menjadi seorang Muslim yang saleh esok hari.
" Maka karena itu serulah ( mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah : " ªķΰ beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan ªķΰ diperintahkan supaya adil diantara kamu. Allah lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya lah kembali (kita) "
(Asy-Syura' : 15)
Di forum ini, di kompasiana, untuk kawan-kawan Muslim, marilah kita bersama-sama melajutkan tradisi dakwah ala Rasulullah, bukan tradisi dakwah yang mencaci maki, menghujat dan menista, sesungguhnya tiap-tiap perbuatan kita selalu di lihat oleh-Nya,
Berhati-hatilah dalam dak'wah, jangan sampai niat baik kita berubah menjadi niat yang telah diracuni hawa nafsu dan setan-setan yang tersembunyi.
Semoga bermanfaat sebagai sumber referensi kita bersama,
.آميـــــــــن آميـــــــــن يَا رَبَّ العَالَمِي
-
Pangeran Mujahid Fi Sabilillah,