Dua andalan penegak hukum negara: Kepolisian dan Kejaksaan Agung terbukti menimbulkan noda tak tercuci bersama-sama dengan institusi Pajak. Hal ini sudah mencerminkan negara tidak ada aturan.
Untuk bekerja, SBY perlu orang-orang setia guna mengisi jabatan dan pos penting dalam pemerintahannya. Masalahnya kalau orang-orang setia itu tidak mampu, maka prioritas apakah yang harus diambil. Kalau Kapolri, Jaksa Agung, Menkeu - Menko Ekuin seperti orang-orang yang tidak bisa bekerja dengan baik membawahi institusinya, jangan salahkan kalau rakyat bersama media akhirnya juga memperingatkan Presiden SBY sebagai pemegang mandat (abdi) kekuasaan dari rakyat. Carilah bak sayembara, orang-orang yang mau dan mampu membantunya.
Saat ini, bahkan akan terus memburuk ke depannya, di antara mereka berempat: Kapolri, Jaksa Agung, Menkeu, Menko Ekuin apabila berbicara di depan media tayang, akan timbul sinisme publik dalam berbagai skala. Mungkin saja saat ini sudah pula terasa sinisme publik apabila SBY berpidato atau tampil di TV. SBY seperti ngomong sendiri.
Apa yang diperbuat para pembantu SBY atas hal ini ? Nol besar.
Partai Demokrat yang berutang budi kepada SBY terbukti diam seribu bahasa ketika saat ini beban menerjang ke pundak SBY, setiap sepak terjang dan pencitraan Partai Demokrat bak topeng monyet selalu menimbulkan cemooh di kalangan yang mengerti berita di media massa. Pengiklanan AM dan perhelatan Partai Demokrat dipandang sinis oleh banyak kalangan. Sang rubah (FOX Indonesia) juga sedang mengapit ekornya di antara paha, tanda sedang ketakutan.
Menteri-menteri terkait terbukti selama ini tidak efektif bekerja, terutama Menkeu yang telah menginjak periode kedua 5 tahunan sebagai Menteri Keuangan atasan Direktorat Pajak Nasional. Sibuk mengejar-ngejar pajak terus meningkatkan beban rakyat tanpa mempedulikan kebocoran dan pesta pora tikus-tikus pajak di lumbungnya sendiri.
Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar hanya ketawa-ketawa cari pesona di TV-TV. Beliau mengajukan usul :Minta pemodal berinvestasi di Nusa Kambangan. Mau meniru usulan blunder SBY yang asal usul: soal wisata lumpur Lapindo yang berbahaya bagi kesehatan.
Menko Ekuin Hatta Rajasa entah sedang berbuat apa. Mungkin tidak berbuat apa-apa kecuali sedang mulai belajar soal ekonomi negara. Atau sedang berguru kepada Amien Rais soal bagaimana bisa mencapai kursi Ri-1 di kemudian hari. Kehancuran SBY apa saja yang perlu dicermati, demi keuntungan pribadi, keluarga dan partai kesayangan mereka.
Satgas Mafia Hukum serba balita dalam gerak dan langkahnya walau mulai diapresiasi publik karena ketulusan dalam berbicara Kuntoro, Denny, dan yang lainnya di depan publik mulai terasa.
Kapolri dan Kejaksaan ogah-ogahan mencari pembuktian kesalahan orang-orang dalamnya demi keselamatan muka institusinya sendiri. Kapolri BHD memang mengesankan situasi OK-OK saja dengan penampilannya yang sering ceria dan ungkapan seratus sekian trilyun persennya. Sementara Jaksa Agung Hendarman Supanji berbicara bak dewa agung yang tidak pernah dan tidak akan salah. Tetapi kenyataannya ?
Siapa yang 'membantu' Presiden SBY ? Ternyata bos pak Beye sendiri, yaitu Rakyat melalui Susno Duadji dan media massa yang dimiliki kapitalis Golkar terutama: MetroTV dan TV One. RCTI dan SCTV yang masih lingkaran dalam dan masih bau Cendana sulit diharap totalitasnya. Masalahnya tinggal pintar-pintarnya rakyat untuk tidak begitu saja termakan oleh opini politis yang sekali-sekali terselip sebagai upaya politis jangka panjang Suryapaloh dan Aburizal Bakrie.
Tetapi kekuatan penekan dua media massa MetroTV dan TV One, dan rakyat yang ikut berperan terbukti bisa menggerakkan mesin pembersih, yang memang dimulai dari kemauan gerak (walau lamban kerbau) SBY ketika rapat mendadak dengan 4 pembantunya sebelum berangkat ke Vietnam.
Ada lagi yang membantu SBY, yaitu Megawati Ketum PDIP yang menggebu-gebu pidatonya. Kalau pidato 'dahsyat' Mega masih tidak bisa menggerakkan SBY untuk segera men-'shock' therapy pembantu-pembantunya, maka jalan sangat terjal yang dipilihnya. Dan rakyat tidak akan berdiam diri, dengan bodoh manut dibawa melalui jalan terjal beresiko.
Simak pelajaran bernegara dari Confusius:
Manusia seharusnya belajar dengan tekun dan rajin.
Dia seharusnya terus belajar Kebenaran sampai akhir hayatnya.
Jangan memasuki negara jika negara itu dalam bahaya dan jangan tinggal di negara yang sedang khaos.
Jika negara itu diperintah dengan baik, bekerjalah bagi pemerintahnya.
Jika negara itu diperintah dengan sakit (buruk), pensiunlah.
Jika negara itu sehat, tetapi engkau tetap miskin dan posisi-mu tetap jelek, itu memalukan.
Jika negara itu kacau, tetapi engkau kaya dan ada di posisi jabatan tinggi dalam pemerintahan, itu juga memalukan.
Nah, Indonesia termasuk negara yang mana? Negara terkorup di Asia Pasifik edisi 2010.
Maka, SBY memang seharusnya malu.