Pemilu 2014 mendatang telah melahirkan daya tarik yang luar biasa bagi para pencari tahta dan kekuasaan, berbagai cara dan trik mulai dipertontongkan oleh mereka yang melek dengan kekuasaan, mereka yang selalu mengatasnamakan rakyat telah melakukan gerilya sampai ditempat-tempat yang selama ini tak begitu manarik untuk dilirik selain pada momen suksesi, baik parlemen maupun kepala daerah samapai pada pemilu capres dan cawapres. Perbandingan data antara lembaga survei dalam menyikapi pemilu 2014 mulai dipertontongkan, baik secara kapasitas maupun secara kapabilitas. Masih menterengnya calon-calon tua telah membangun paradigma baru bagaimana seharusnya kepemimpinan alternatif bisa diwujudkan di negeri ini, calon alternatif yang pro rakyat dengan tindakan mereka selama ini dianggap bisa mewadahi aspirasi rakyat tanpa dengan embel-embel kepentingan, melayani rakyat tanpa menyusahkan rakyat sendiri.