Pria yang lahir di Kota Batik, Kabupaten Pamekasan, Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur pada 30 Juni 1969 ini, awalnya tidak ada niatan sama sekali untuk menjadi dokter. Sejak belajar di bangku sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Pamekasan, Daeng lebih suka pada materi pelajaran kimia, sehingga ketika lulus SMA ia langsung mendaftar dan diterima di jurusan kimia di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya pada tahun 1988, melalui jalur penelusuran minat dan bakat (PMDK).
Di ITS, Daeng ternyata hanya setahun belajar di kampus itu. Permintaan orang tua yang menyebabkan Daeng harus pindah haluan. Orang tuanya menginginkan Daeng agar menjadi dokter, sehingga pada pada tahun 1989 ia mengikuti tes Jurusan Kedokteran di Universitas Brawijaya, Malang dan diterima.
Meski bukan pilihan sejak awal, Daeng berusaha menekuni dan meminati jurusan pilihan orang tuanya itu. Ia berhasil hingga lulus. Berikutnya Daeng menempuh pendidikan Master (S2) Jurusan Hukum di Universitas Hassanuddin, 2011 dengan spesifikasi Magister Hukum Kesehatan.
"Sebetulnya cita-cita saya menjadi ahli nuklir, karena saya suka pelajaran kimia, akan tetapi karena orang tua ingin anaknya ada yang menjadi dokter, maka akhirnya saya penuhi," katanya dalam dialog di akun youtube "Sakejjek Asareng Cak Koes".
Keputusan mengubur cita-citanya sebagai ahli nuklir tentu bukan tanpa alasan. Alumni SMA Negeri 1 Pamekasan ini berkeyakinan pada prinsip dan dokrin agama 'ridhallah di ridhal walidain, wasuhtullah di suhtil walidain' yang artinya, bahwa kerelaan Allah adalah terletak pada kerelaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah adalah berada pada kemurakaan kedua orang tua.
Aktivis dan Prinsip Hidup