1. Apakah pasangan bhinneka tunggal ika, heterogen atau majemuk yang direpresentasikan oleh Jokowi-Ahok lebih menarik hati orang-orang jakarta ketimbang pasangan homogen Foke-Nara yang sangat kuat merepresentasikan agama tertentu dan etnis tertentu. Jika Jokowi-Ahok menang maka, kemenangan bagi golongan yang sangat menghargai kemajemukan Indonesia ketimbang hegemoni atas nama agama dan etnis tertentu. Ini adalah harapan besar bagi Indonesia ke depan, yang sekarang ini sedang mengalami cobaan masalah haluan dan ideologi bangsa. Persoalan ini seharusnya sudah selesai ketika bapak-bapak bangsa telah sepakat menjadikan pancasila sebagai ideologi bangsa, dimasa lalu.
2. Ajang pembuktian apakah hati nurani, akal sehat, sanggup mengalahkan politik uang yang sedang dijalankan Foke-Nara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Foke-Nara membayar mahar 5 M untuk PKS semata, belum partai-partai yang lain. Sementara Jokowi-Ahok hanya tetap mengandalkan partai pendukung semula yaitu PDIP dan Gerindra. Apakah warga Jakarta sanggup menggunakan hati nurani dan akal sehatnya semua akan terjawab setelah pemenang pilkada diketahui.
3. Ajang pembuktian apakah yang kecil sanggup memukul kalah yang besar. Bak pertarungan Daud melawan Goliat. Jokowi-Ahok merepresentasikan si kecil, semata karena mereka bukan siapa-siapa jika dibanding Foke yang lulusan Jerman, penyandang gelar Doktor dalam bidang tata kota, dan Nachrowi Ramli, sang Jenderal. Belum lagi soal amunisi, sudah jelas amunisi Foke-Nara jauh lebih banyak dari Jokowi-Ahok, terbukti bahwa mereka sanggup menarik partai-partai lain bergabung dengan mereka, dengan mahar yang membelalakan mata. Belum lagi hasil survey pendahuluan, diputaran pertama, sudah mengunggulkan kemenangan Foke-Nara. Jika si kecil sanggup mengalahkan si raksasa, maka kekuatan apa yang dimiliki oleh si kecil? selain kecerdikan dan kepasrahan kepada Tuhan.
Namun terlepas dari semua hiruk pikuk ini, kalah menang adalah soal biasa, kemenangan politik hendaknya menjadi kemenangan kepentingan rakyat yang lebih besar. Warga Jakarta jangan mau di adu domba, di provokasi. Ribut boleh tapi jangan kelewatan (sok menasihati-penulis) Kemenangan dalam Pilkada Jakarta adalah kemenangan warga Jakarta untuk menggapai hari esok yang lebih baik (entah ku pinjam dari mana kata-kata ini- Penulis). Selamat Malam Jakarta.