Sekarang ini, dari sekian banyak gossip yang bergulir, tentang seteru antara tetangga yang punya toko kelontong di pasar dengan seorang terpandang di desa saya. Ibu saya akhir-akhir ini ternyata menjadi bagian dari beberapa berita yang sedang tersebar. Begini certianya, kebetulan rumah saya ada di pinggir jalan raya aspal yang tidak terlalu lebar , disepanjang jalan raya desa tersebut di tanam pohon asam yah sebagai upaya untuk merindangkan jalan. Tepat di depan rumah saya terdapat satu pohon asam yang sudah lumayan tua, tinggi menjulang dan rindang. Baru baru ini orang tua saya sedang rajin merawat rumah, dengan men-cat tembok luar dan dalam ruangan, bersih-bersih langit-langit, termasuk memangkas pohon asam tersebut dengan menebang sebagian pohon sehingga tinggal separuh.
Suatu hari sewaktu ibu saya berjualan di toko di area pasar seperti biasa, ibu mantan carik desa yang tinggal di samping rumah ku datang ke toko ibuku, dan bertanya, “buk, mau ada gawe ya?”, ibu saya hanya menjawab singkat, “lho lha pripun lho bu?” (lho lha gimana tho bu?) kata ibu saya kaget.” lha niku kok pohon asem di depan rumah di tebang ,halaman rumah dibersihin, apa mau pasang terop?”. jrengg ibu saya mulai bingung, masalahnya ini yang nanya adalah termasuk orang penting dan memiliki kedudukan terhormat di desa saya. Dulu sewaktu tembok depan dan pilar depan di cat dan dibersihkan juga menimbulkan pertanyaan yang sama dari beberapa tetangga, namun ibuku mampu memberikan jawaban yang masuk akal untuk menghindari gossip dengan jawaban, “ lha memang anak saya sudah besar-besar, yo siap-siap aja kalau nanti, ada apa-apa(ada gawe)biar gampang" atau jawaban menggantung yang lain. Namun, masalah pohon asem ini hahh .. ternyata cukup sulit untuk dihindari.
Pertanyaan BU Carik tersebut, coba ibu saya hindari dengan hanya menjawab “ geh pengestune mawon buk, mugi-mugi gek ndang gadah damel “ ( ya doain aja bu, semoga segera punya gawe), ibukku berusaha untuk menjawab secara ala kadarnya supaya tidak menimbulkan gossip yang berkelanjutan, namun ya,, kekuatan Ibu-Ibu untuk sebuah keingintahuan itu sangatlah besar maka,mantan Bu Carik yang tidak puas dengan jawaban tersebut mendesak, “Kapan Bu? Januari nopo Februari?, ibuku yang berusaha menutup-nutupi gagal juga melawan pertanyaan dari mantan Bu Carik desa tersebut dan mengatakan, geh taun ngajeng bu (2014),,, ( yahhhhh,,, gagal deh). Kemudian bu carik menambahkan, “ ya buk, kita kan bertetangga, jadi boleh kok nanti kalo seumpama butuh apa2 gitu tinggal bilang, kalau pelataran rumah saya (pelataran rumah ibu carik memang cukup luas) mau dijadikan tempat parkir ya monggo. “njih bu” kata ibuku mengiyakan, tapi niki mboten sah sanjang sinten-sinten geh bu ( waktu kejadian ini berita ini masih terlalu dini untuk diketahui publik). nah lhoo,,, ungkapan ibuku yang begini malah memferifikasi atau mengiyakan kecurigaan dari bu carik yang kemudian hanya menjawab“ yo nggeh lah bu” kata bu carik menyanggupi. ahhh saya sudah yakin nanti juga akan tersebar, gaya bahasa ibu-ibu macam ini sudah ambigu,, hehehee,,, seolah-olah tembok-pun punya telingan dan mulut, kabar yang sudah terceplos pasti akan tersebar,, hahaha,,, tetapi, meskipun banyak kabar dan desas desus tetangga, sesungguhnya mereka sangat senang apabila dimintai bantuan untuk mensukseskan sebuah acara ataupun hajatan.
Mari hidup Bertetangga
Palupi S. Ngawi 10-Jan-2014