Kronologis yang beredar di beberapa media menyebutkan bahwa api tampaknya pertama kali membakar tumbuhan dan kemudian dengan cepat menyebar ke daerah berpenduduk saat hembusan angin lebih dari 90 km perjam mengguncang pulau itu. Kebakaran melanda pesisir Lahaina dengan kecepatan dan keganasan yang mengkhawatirkan, berkobar melalui persimpangan dan melompati bangunan kayu di pusat kota yang berasal dari tahun 1700-an dan masuk dalam Daftar Tempat Bersejarah Nasional.
Tanpa peringatan, tanpa ada yang tahu, api bisa bergerak begitu cepat hingga menghanguskan pemukiman warga. Sungguh di luar prediksi, walaupun sebenarnya bisa diantisipasi jika kita tidak mengurangi kewaspadaan terkait iklim kering dan kemarau panjang.
Indonesia perlu waspada karena memang punya potensi untuk terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Dalam keterangannya kepada media, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Jim Ghofur, mengatakan terhitung awal Januari  2023 hingga saat ini, Minggu (13/8/2023), luas layan terbakar di Riau sudah mencapai 1.184,36 hektar (Ha).
Di tempat lain, ratusan titik panas terpantau di sejumlah daerah di Kalimantan Barat pada Jumat (11/8/2023), termasuk adanya lahan gambut yang terbakar di Kabupaten Kubu Raya. Tim gabungan berupaya memadamkan kebakaran lahan, baik melalui darat maupun udara.
Syukurnya karena sudah diingatkan oleh Presiden Jokowi tiap tahun, terjadinya kebakaran hutan dan lahan bisa dikendalikan. Tapi kebakaran hutan di Hawaii menjadi trigger untuk setiap Satgas Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan di daerah untuk meningkatkan kewaspadaan.
Karena kejadian kebakaran hutan di Hawaii terjadi tanpa kewaspadaan dan tanpa adanya peringatan. Kita juga harus aktif dan waspada, jangan membakar lahan atau sampah jika tidak mendesak. Dan kalaupun dilakukan harus memastikan bisa memadamkan apinya, jangan malah jadi awal terjadinya kebakaran.
Sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah sebuah peringatan bagi yang mengalami dan bagi yang tidak mengalami. Mari tingkatkan kewaspadaan.