Tingkat elektabilitas Jokowi ini jauh meninggalkan nama capres lain yang disurvei. Capres Partai Gerindra Prabowo Subianto, misalnya, hanya berada di urutan kedua dengan elektabilitas 15,1 persen. Di tempat ketiga saat ini diduduki Aburizal Bakrie (Ical) dengan elektabilitas 8,88%
Melihat semakin tingginya elektabilitas Jokowi dalam survei terakhir, Partai Demokrat (PD) yang tidak lagi punya tokoh internal sekaliber SBY untuk dicalonkan, berharap konvensi capres PD akan menghasilkan capres sekaliber Jokowi.
"Kalau nggak optimis ya nggak usah kerja. Kita yakinlah bisa melahirkan tokoh sekuat nama-nama yang ada di survei itu, tentu kami optimis," kata Sekretaris Komite Konvensi Capres PD, Suaidi Marasabessy, kepada detikcom, Senin (26/8/2013).
Memang di antara nama-nama peserta konvensi capres PD tak banyak yang muncul di survei capres. Di survei terbaru yang dirilis Litbang Kompas misalnya, nama-nama seperti Mahfud MD, Dahlan Iskan, Anies Baswedan, Pramono Edhie Wibowo, hanya mendapat sedikit dukungan tak sampai 5%. Nama-nama lain yang ikut konvensi seperti Marzuki Alie, Irman Gusman, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, dan lainnya bahkan belum masuk hitungan.
Namun komite konvensi memang memasang target tinggi. Setidaknya mucul tokoh yang kompetitif dan mampu memenangkan Pilpres 2014.
"Ya tentu kita mencari tokoh yang bisa bersaing," tegas Suaidi (detik.com).
Dalam perpolitikan, keyakinan Suaidi ini memang tidak ada salahnya. Apalagi dalam dunia politik keyakinan untuk bisa menang dalam setiap kesempatan harus terus digaungkan. Hanura saja yang merupakan partai gurem di parlemen yakin bisa menang di Pileg dan pilpres 2014.
Meski keyakinan dan optimisme perlu terus dikedepankan, tetapi sangat tidak bijak jika masalah kepemimpinan bangsa dianggap hal yang sepele. Seorang pemimpin tidak pernah bisa dibentuk dalam waktu yang singkat. Seorang pemimpin juga tidak bisa dihasilkan oleh sebuah konvensi yang berlangsung 8 bulan.
Karena itu, sangat sulit membayangkan konvensi PD akan menghasilkan capres sekaliber Jokowi. Menandingi Jusuf Kalla dan Megawati saja sepertinya pekerjaan yang sangat berat.
Mengapa?? Karena kepemimpinan sekaliber Jokowi dibentuk dalam proses bertahun-tahun dan ditempa dalam proses politik nyata sebagai walikota dan gubernur. Apakah capres yang ikut konvensi PD pernah memimpin rakyat dalam skop kecil?? Sayangnya tidak ada.
Memimpin negara sebesar Indonesia bukanlah hal yang mudah. Dua periode kepemimpinan SBY membuktikan bahwa negara ini butuh pemimpin yang bekerja secara nyata. Bukan kepemimpinan yang bagus secara bentuk fisik tetapi tidak punya kuasa mengendalikan pemerintahan berjalan dengan baik.
Sudah berkali-kali kita melihat betapa tumpulnya kepemimpinan yang dilakukan oleh SBY. Bahkan SBY akhirnya "curhat" bahwa apa yang dikatakannya tidak dilakukan oleh beberapa menterinya. Sebuah ironi kepemimpinan yang menyedihkan. SBY mungkin berpikir dia masih di militer dimana bawahan didoktrin untuk tunduk kepada pemimpin.
Memimpin negara tidak sama dengan memimpin sebuah organisasi ataupun institusi kenegaraan. Memimpin negara harus mengalami tempaan yang dimulai dari skop yang lebih kecil. Tidak mungkin kita menghasilkan pemimpin sebuah negara jikalau dia belum mampu memimpin kota.
Itulah sebabnya Jokowi punya paket kepemimpinan yang sangat lengkap. Bukan hanya secara karakter dia bagus, tetapi juga punya pengalaman mumpuni memimpin kota dan provinsi. Hasilnya?? Semua berjalan dengan baik.
Mampukah konvensi PD menghasilkan capres yang menandingi Jokowi?? Sangat tidak mungkin.
Salam.