15 tahun setelah reformasi rasa pesimis terhadap kondisi bangsa tidak begitu banyak berubah. Reformasi yang awalnya bertujuan untuk memeratakan kesejahteraan rakyat malah ajang memeratakan korupsi. Jika sebelumnya hanya sekelompok orang, kini menyebar juga kepada beberapa orang. Ketidakyakinan akan ada perubahan bagi bangsa ini terus bermunculan ketika pemerintah seperti tidak mampu mengatasi masalah-masalah bangsa. Diskriminasi agama, kesenjangan sosial, daerah-daerah tertinggal, isu lingkungan, dll tidak mengalami perubahan yang signifikan. Daerah Ibukota Jakarta yang menjadi representasi negara Indonesia pun mengalami hal yang sama. Daerah kumuh, banjir, macet, dan penyakit sosial lain semakin banyak dan seperti mustahil untuk diperbaiki. Bahkan perilaku birokrasi dan masyarakat sudah sangat korup sehingga segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Mungkinkah perubahan itu bisa terjadi dengan kondisi masyarakat dan pemerinrah seperti ini?? Jawabannya mungkin. Pasangan Jokowi-Ahok memberikan kemungkinan itu, salah satunya dengan perubahan yang terjadi di Waduk Pluit. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo telah meresmikan taman Waduk Pluit yang lokasinya berada di sisi barat bibir Waduk Pluit, Jakarta Utara. Sebelum menandatangani prasasti yang letaknya persis di depan tugu berbentuk dua batu yang posisinya berada di tengah taman, Joko Widodo memberikan beberapa pesan kepada warga. "Ini nanti taman kurang lebih akan seperti ini. Dan ini bisa dipakai taman rekreasi warga, taman bermain anak-anak, juga untuk nanti ada tempat seni budaya," ujar Joko Widodo, Sabtu (17/8/2013). Pria yang sapaan akrabnya Jokowi ini mengatakan tidak hanya bibir waduk Pluit yang bisa digunakan sebagai sarana-prasarana publik, tetapi nantinya di waduknya dapat dimanfaatkan sebagai area rekreasi. "Kalau pengerukan waduk selesai semua. Ini akan jadi tempat bersih, bisa dipakai wisata pemancingan, berenang juga bisa," kata Jokowi (tribunnews.com). Tidak perlu satu tahun, pemerintahan Jokowi-Ahok sudah memberikan beberapa perubahan yang nyata. Waduk Pluit adalah salah satu bukti nyata keberhasilan mereka. Sebuah perubahan yang tidak mudah dan butuh banyak pengorbanan. Jika kita mengikuti perjuangan Jokowi-Ahok mengubah Waduk Pluit, banyak sekali tekanan dan perlawanan yang dialami. Mulai dari orang-orang yang bermain di daerah tersebut sampai warga yang terjerat permainan orang-orang tersebut. Bahkan Jokow-Ahok diserang dengan kumpulan orang yang mengaku menyumbang untuk kampanyenya. Tetapi karena tekad yang kuat dan tidak mau dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan yang ada, Jokowi-Ahok berhasil mengatasi itu semua. Setiap permasalahan mulai diselesaikan dan perubahan telah terlihat. Selesaikah perubahan Waduk Pluit yang mereka kerjakan?? Ternyata tidak. Jokowi berkeinginan Waduk Pluit menjadi tempat wisata pemancingan dan juga bisa dipakai untuk berenang. Jokowi ingin Waduk Pluit dikembalikan jadi milik umum dan dipergunakan untuk umum. Waduk Pluit adalah sebuah saksi hidup bahwa perubahan itu mungkin jika pemimpin daerah punya keinginan dan konsistensi untuk melakukan perubahan. Semua digerakkan dari pemimpin dan akhirnya mempengaruhi semua sistem dan orang yang ada di dalamnya. Bukankah kualitas kepemimpinan seseorang dinilai dari kemampuannya mempengaruhi orang lain?? Integritas dan kerja keras mempertahankan konstitusi terus dikerjakan Jokowi-Ahok dan bawahan mereka. Setiap orang yang tidak mau mengikuti keinginan mereka, maka akan diganti supaya perubahan yang cepat bisa terjadi. Karena itu mari kita semua optimis perubahan bisa terjadi di negeri ini. Asalkan kita memilih pemimpin yang benar. Kita harus memilih juga wakil rakyat yang benar. Jika kita tidak salah memilih, maka perubahan mungkin terjadi. Jakarta sudah membuktikan diri mereka tidak salah memilih. Mari kita juga tidak salah memilih pemimpin di daerah kita dalam Pilkada-pilkada yang akan berlangsung dalam waktu dekat. Salah memilih, maka 5 tahun kita akan menderita. Salam.
sumber foto
KEMBALI KE ARTIKEL