Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Pak Djohar Arifin, Contohlah Joko Widodo

20 Oktober 2012   07:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:36 1269 2
Dari awal sebenarnya saya berharap besar kepada Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) bisa mendamaikan kisruh sepakbola Indonesia. Harapan itu ada karena mengingat Djohar adalah orang netral dalam kisruh yang terjadi dan muncul sebagai jawaban atas tiadanya tokoh yang pantas memimpin PSSI. Apalagi Djohar juga mantan pemain timnas dan staf ahli Menpora, sehingga diharapkan mampu menyelesaikan masalah dengan baik.

namun, seiring waktu berjalan harapan saya itu tidak terjawab. Djohar terikut masuk dalam kisruh sepakbola Indonesia. Djohar seperti tidak punya kekuatan untuk mengendalikan kepentingan satu kubu dan memfasilitasi kepentingan kubu lain. Djohar pun pada akhirnya dinilai hanya menjadi "boneka" dan dikendalikan oleh sebuah kepentingan.

Sampai saat ini kisruh sepakbola nasional belum juga usai, meski sudah ada campur tangan dari AFC. Joint Comitee (JC) yang dibentuk sebagai penengah kisruh, malah menambah rumit kisruh yang sudah terjadi. Tidak satunya para wakil PSSI dan KPSI dalam JC membuat kisruh sepakbola nasional jauh dari kata damai dan bersatu. Perpecahan tetap terjadi dan seperti mustahil untuk bersatu.

Belajar dari Jokowi

Tidak ada kata terlambat untuk bisa menyelesaikan masalah dalam setiap perbedaan. Yang diperlukan adalah sikap rendah hati dan tulus untuk merengkul setiap perbedaan. Ketika ada perbedaan tidak perlu dibesar-besarkan, hanya perlu mencari apa dasar yang penting agar bisa terus bersatu.

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, mempertontonkan dengan indah betapa hebatnya sebuah kerendahan hati dan ketulusan berdamai yang diterapkan dalam menghadapi perbedaan dengan Mantan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, dan Gubernur Jawa tengah, Bibit Waluyo. Jokowi membuktikan bahwa perbedaan tidak harus dilawan dengan perbedaan, perbedaan bisa dihilangkan dengan cara melibatkan orang tersebut atau tidak menunjukkan sikap bermuisuhan kepadanya.

Jokowi ketika kampanye sempat terlibat debat panas dengan Foke dalam sebuiah debat di sebuah stasiun televisi swasta. Tetapi setelah selesai penghitungan cepat, Foke menelepon Jokowi dan mengucapkan selamat. Jokowi pun menyambut telepon dengan menawarkan Foke menjadi penasehatnya. Sebuah cara yang tepat dalam menyelesaikan sebuah perbedaan, bukan??

Ketika punya konflik dengan Bibit juga seperti itu. Jokowi yang dikatakan bodoh, tidak panas hatinya. bahkan ketika berjumpa, Jokowi tidak segan-segan sungkeman kepada Bibit Waluyo, meski pada saat itu dia adalah Gubernur DKI Jakarta. Sebuah sikap yang  membuat Bibit merasa salah tingkah menanggapinya. Sebuah tindakan yang menurut saya hanya bisa dilakukan oleh orang yang punya kebesaran hati.

Rekonsiliasi dimulai dari yang waras

Dalam setiap kasus rekonsiliasi, peran orang yang waras (sadar) sangat besar tuntutannya. Menuntut orang yang tidak waras (tidak sadar) untuk berubah, ibarat menegakkan benang basah, pekerjaan sia-sia. Orang yang waraslah yang harusnya melakukan rekonsiliasi dengan benar.

Dalam proses rekonsiliasi di PSSI memang sangat dituntut kesabaran dan kerendahan hati. Berkomunikasi dengan hati dan jumpai semua klub satu per satu. Jangan pakai perwakilan, tetapi langsung turun sendiri. Bukna dengan arogansi dan kesombongan tetapi dengan persahabatan. Jangan datang seperti seorang bapak yang akan menghukum anaknya, melainkan bapak yang rindu merangkul kembali anaknya.

Ketika hal itu dilakukan oleh Djohar, maka saya yakin rekonsiliasi akan berjalan mulus. tetapi sekali lagi hal ini bisa terjadi jika kita punya kebesaran hati dan mau memaafkan sikap mereka yang memberontak kepada kita. Datang dengan tulus untuk merengkul mereka. Mendengarkan apa yang menjadi keinginan mereka dan libatkan mereka dalam membangun sepakbola nasional.

Saya berharap Pak Djohar bisa melakukannya. Karena hanya bapaklah yang bisa, bukan anggota exco lainnya. Hanya bapaklah yang saya lihat punya kuasa untuk melakukan hal itu. Jangan tunggu sepakbola kita kena sanksi baru bapak bergerak, perubahan dan rekonsiliasi harus dimulai dari kedamaian hati untuk memulai sebuah perdamaian.

Salam sepakbola nasional yang damai dan bersatu.....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun