Ia seperti biasa, meninggalkan kegembiraan, kesemerawutan, dan satu lagi: menerbitkan harapan.
Sebuah tulisan seorang pengidap gangguan mental di surat kabar nasional yang terbit lima tahun sekali itu. Kebetulan, Tuan saya pelanggan Setia sejak dalam kandungan.
Seorang koruptor yang kini telah menghirup udara bebas, tampil di layar kaca. Ia mengenakan kostum yang katanya, desainnya langsung dari teman karib Patih Gajah Mada.
"Bagaimana Anda melihat fenomena pemilu tahun ini?" sebuah pertanyaan datar dari robot yang kini menjadi idola seantero negeri.
Persis ketika mulut koruptor terbuka, hendak menjawab tentu saja, tiba-tiba listrik di rumah padam.
Tuan saya celingukan sembari berteriak memanggil pembantunya.
"Anderson. Pulsa listrik habis. Segera isi. Saya tengah melihat tayangan bermutu." Begitu ia berteriak. Setelahnya, ia batuk-batuk dan hampir mampus.
Sementara, di layar gawai tuan saya, berita-berita hasil pemilu hilir mudik sesuai kepentingan.
"Hai kucing sialan. Enyah kau dari sofa mewah ini. Tempatmu di belakang. Jangan sok menjadi pemenang di rumah besarku." Remot TV ia lempar ke arah saya duduk.
"Tuan. Listrik padam. Katanya akan menyala lagi selepas lebaran." Ujar Anderson bahagia.
Saya segera lari ke belakang. Merayakannya dengan suka cita.
Dungus, 18/4/19