Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Dapat Mobil Dari Twitter

9 Juni 2015   22:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:08 40 0
Traveling selalu memunculkan berbagai cerita yang menarik. Setiap manusia pada dasarnya adalah pejalan. We are all travelers.   Itulah sekelumit kalimat dalam blog milik Amrazing.com. Awalnya saya tidak kenal dia karena setiap hari saya disibukkan dengan urusan ekonomi, rupiah melemah, impor sembako, harga sembako naik, BBM, hingga kasus korupsi yang menjebak pejabat kita.   Saya muak dengan berita-berita sehari-hari yang tidak mengundang inspirasi. Sejenak melihat keindahan alam ciptaan Tuhan dan bersyukur kita bisa menikmati keagungan-Nya.   Kembali lagi ke aMrazing. Perkenalan dengan dia berawal dari blog trip ke Lampung pada 2-5 Juni lalu. Saya bersama sembilan blogger dari Kompasiana berkesempatan mengunjungi pabrik Nescafe di Lampung.   Saat perjalanan berangkat pun saya tidak kenal dia meski dia berada di sebelah saya. Pas di dalam kapal feri dari Merak menuju Banten, teman-teman pun bertebaran ke sisi kapal mencoba mencari spot terbaik untuk hunting foto atau sekadar bercengkerama dengan penumpang yang lain.   Tiba-tiba saya diajak bicara oleh Dede Ariyanto, blogger asal Yogyakarta yang kini sudah bermukim di Jakarta. Dia bercerita baru saja bertemu dengan orang aneh.   Äku tadi baru ketemu dengan orang aneh. Masa ditanya baik-baik kok malah sewot,”kata Dede. “Emang siapa yang kamu temuin?”tanyaku.   “Itu tadi yang ikut kita dari awal di gedung Arcadia Nescafe. Masa kamu tidak tahu?”tanyanya. Aku menggeleng tanda tidak tahu. “Jadi aku tadi tanya. Mas namanya siapa? Dia jawab Thian. Trus aku tanya lagi. Dari komunitas atau apa? Si Tian itu hanya menjawab Amrazing.   Dede pun masih penasaran. “Amrazing itu komunitas apa ya? Kalau saya kan dari Kompasiana!” Dede serius menjelaskan. Tapi tanpa penjelasan apapun, si Amrazing itu pun berlalu meninggalkan Dede seorang diri. Tanpa penjelasan siapa dia.   Aku pun ingat seseorang di akun Twitter. Nama itu seperti familiar. Aku pun cek melalui ponsel Xiaomi Mi4i yang baru ku beli dari flash sale. Ihhh..ini jangan promosi.   Ahhh..ternyata benar. Si aMrazing itu adalah selebtweet. Namanya Alexander Thian. Beberapa followernya memanggil dia dengan koh Thian.   Ternyata si koh Thian diundang khusus ke acara blog trip ini. Saya pun langsung follow akun Twitternya. Secara perlahan, saya pun menemukan timeline dia yang sedikit aneh.   Ternyata koh Thian membicarakan Dede di akun Twitternya. Sontak saya langsung tertawa melihat timeline. Dede pun kebingungan.   Di hari kedua di Lampung, peserta blog trip diajak ke Tanggamus, sebuah perbukitan yang menjadi lokasi edu farm milik Nestle dan beberapa kebun kopi milik petani yang dibina langsung oleh Nestle.   Dalam perjalanan sekitar dua jam tersebut, kita disiapkan lima kendaraan Toyota Avanza. Kebetulan saya ada di mobil terakhir. Saya pun masuk dan duduk di kursi belakang bersama Dede.   Baris tengah diisi pak Mawan Sidharta dari Gresik dan Koh Thian. Baris depan diisi pak Fajar Mochtar dari Bandung dan sopir. Sepanjang perjalanan, pak Mawan yang cenderung ceriwis karena rasa ingin tahunya paling besar selalu bertanya bak investigator ke koh Thian.   Koh Thian pun dengan pede menjelaskan siapa dia. Alasan diajak ikut ke kebun kopi ini dan menjelaskan kegiatan dia sehari-hari. “Jadi saya diajak Nestle untuk cerita-cerita aja di timeline Twitter. Kerjaan saya kan tukang cerita,”jawabnya sambil menunjukkan akun Instagram berisi foto-foto perjalanan ciamik ke luar negeri dan di dalam negeri.   Pak Mawan yang paling senior di antara peserta blog trip masih penasaran dengan koh Thian ini. “Mohon maaf nih mas Thian (kebiasaan orang Jawa kalau ketemu siapa pun pasti dipanggil mas). Dari kegiatan jalan-jalan ini, berapa penghasilan mas sehari-hari? tanyanya sambil malu-malu.   Koh Thian tersenyum dan menatap mata pak Mawan. Ia sejenak diam dan mengambil ponsel iPhone 6-nya. Mengutak-atik kamera Fuji X-E2 dan Fuji X-M1.   “Jujur ya. Dari Twitter ini saja, saya bisa membeli mobil,”jawab koh Thian singkat. Seisi mobil pun diam.   “Kok bisa?” tanya pak Mawan lagi.   Sejak kecil saya sudah biasa jalan-jalan. Dari Kalimantan, saya pernah hijrah ke Malang, naik kapal laut sendirian. Dari situ saya belajar banyak hal tentang kehidupan, tentang orang, masyarakat, budaya hidup dan lainnya.   Kebiasaan itu saya tuangkan ke tulisan hingga menemukan situs jejaring sosial Twitter. Di situ saya bisa bebas berekspresi menemukan siapa diri saya dan untuk apa saya hidup.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun