Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Natal yang Memberikan Ruang Ekspresi bagi Jemaat

26 Desember 2023   23:11 Diperbarui: 26 Desember 2023   23:28 257 18
Melaksanakan Natal selalu diawali dengan pembentukan panitia Natal. Sebab, panitia Natal itu yang selanjutnya bekerja untuk merencanakan dan mewujudkan kegiatan Natal.

Umumnya, panitia Natal yang dianggap sukses dalam penyelenggaraan Natal, pada acara Natal tahun berikutnya diusulkan lagi untuk menjadi panitia.

Ini terjadi juga pada orang per orang. Jika seseorang dianggap sukses merencanakan dan mewujudkan kegiatan Natal, pada tahun berikutnya, orang tersebut diminta lagi untuk membidani kegiatan yang sama.

Kebiasaan kurang arif ini, di gereja tempat saya dan keluarga berjemaat, pada kegiatan Natal 2023, sudah diubah. Dengan memulai mempraktikkan prinsip bahwa semua orang (jemaat) --tanpa terkecuali-- memiliki potensi yang perlu diberi ruang.

Kesadaran seperti ini muncul karena setiap tahun dalam pembentukan panitia Natal mengalami kesulitan. Terutama, dalam  menemukan anggota jemaat yang (mau) menjadi ketua panitia.

Perubahan termaksud dapat dilakukan di gereja kami karena gereja kami memiliki beberapa kelompok. Kelompok-kelompok yang sudah ada sejak zaman dulu, yang dibentuk oleh para leluhur, ini dimaksudkan untuk lebih mengefektifkan aktivitas pelayanan.

Di gereja-gereja yang lain, yang pernah saya mengerti, sepertinya juga memiliki kelompok-kelompok meski menggunakan istilah yang berbeda. Prinsipnya, ada bagian-bagian kewilayahan.

Wilayah atau kelompok, atau apalah sebutannya, yang lokasinya dekat dengan lokasi gereja, sering dianggap yang paling senior, yang memiliki potensi menjadi yang terdepan karena lebih aktif berkegiatan.

Sekalipun mungkin tak selalu seperti itu. Karena, ada juga kelompok yang lokasinya dekat dengan lokasi gereja, tapi kurang aktif terlibat kegiatan di gereja.

Sayang, pandangan mengenai yang dekat dengan lokasi gereja lebih aktif dalam kegiatan gereja sudah telanjur melekat di pikiran dan benak jemaat. Sehingga, yang terjadi, kemudian, tak jarang orang-orang yang ada dalam wilayah itu yang selalu diberi peran.

Atau, sekalipun orang dalam kelompok yang berlokasi jauh dari lokasi gereja, jika ia dianggap mampu berperan dalam kegiatan  Natal, misalnya, pada Natal berikutnya diminta lagi ambil bagian karena ia anggota jemaat yang mauan. Artinya, setiap diminta, ia mau.

[Intinya, yang selama ini terjadi adalah anggota jemaat yang memiliki peran dalam kegiatan Natal hanya yang itu-itu (saja), seolah tak ada yang lain. Itu terjadi karena, pertama, mencari anggota jemaat yang mau menerima peran tak mudah. Kedua, akhirnya anggota jemaat yang mau (saja), yang menerima peran].

Bersyukur, karena mengubah ke arah yang lebih membuka ruang bagi setiap jemaat untuk ambil peran, mulai dapat dilihat dan dirasakan pada kegiatan Natal 2023 di gereja kami. Yakni, di Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ) Kudus, Jawa Tengah, yang merupakan salah satu dari sekian banyak gereja anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).

GITJ Kudus, Jawa Tengah, yang merupakan gereja dewasa, hingga pada 2023 memiliki empat pepanthan dan lima kelompok.

Pepanthan adalah bagian dari gereja yang memiliki potensi menjadi gereja dewasa, karena sudah dapat mengoordinasikan pelayanan sendiri meskipun tak sepenuhnya. Sebab, secara organisasi masih melekat pada gereja dewasa.

Sedangkan, kelompok adalah bagian dari gereja dewasa yang masih belum memiliki potensi menjadi gereja (dewasa) sebab seluruh aktivitas pelayanan masih bergabung di gereja dewasa.

Empat pepanthan yang dimaksud adalah Pepanthan Tumpangkrasak, Pepanthan Prambatan, Pepanthan Colo, dan Pepanthan Kuwawur.

Di setiap lokasi pepanthan sudah berdiri tempat untuk beribadah. Letak keempat lokasi pepanthan tersebut relatif jauh dari lokasi GITJ Kudus, atau yang dalam garis relasi disebut gereja induk.

Sementara itu, lima kelompok terdiri atas Kelompok Tengah-Jetak, Kelompok Gondangmanis, Kelompok Rendeng, Kelompok Mlati, dan Kelompok Getas-Jati. Letak lokasi kelompok relatif dekat dengan gereja induk.

Nah, kegiatan Natal 2023, ini oleh majelis gereja diminta Kelompok Tengah-Jetak dan Getas-Jati yang menjadi panitia. Sehingga, praktis, semua susunan panitia terisi oleh jemaat yang berasal dari kedua kelompok tersebut. Namun, kalau masih ada beberapa orang dari kelompok lain yang ada di kepanitiaan, itu karena terkait dengan hal khusus.

Yang dimaksud dengan hal khusus, dalam konteks ini, adalah terkait dengan perlu adanya potensi yang khusus. Misalnya, orang yang dapat mendekor --ini peran yang membutuhkan keterampilan khusus-- biasanya tak di semua kelompok ada anggota jemaat yang mampu. Makanya, dalam hal khusus ini, panitia dapat meminta bantuan  jemaat dari kelompok lain.

Pada Natal 2023 ini hal seperti itu yang terjadi. Karena Kelompok Tengah-Jetak dan Getas-Jati tak memiliki anggota jemaat yang mampu menangani dekorasi, maka meminta bantuan kepada jemaat dari Kelompok Gondangmanis.

Tapi, di dalam kepanitiaan, jemaat dari kelompok bersangkutan yang ambil peran di bagian dekorasi tetap ada.

Di dalam model kepanitiaan seperti ini, terlihat bahwa potensi jemaat kelompok (khususnya Kelompok Tengah-Jetak dan Getas-Jati) yang dulunya tak tergali, pada Natal 2023, dapat tergali. Ini menunjukkan bahwa sebuah perubahan menuju ke kebaikan telah dimulai.

Terlihat, misalnya, tingkat perhatian kepada jemaat yang hadir dalam kegiatan Natal lebih terpantau. Semua akhirnya dapat terlayani dengan baik. Hal ini boleh jadi karena semangat kelompok (lokal) sungguh-sungguh dikerahkan untuk memberi  pelayanan yang terbaik.

Semangat seperti ini tentu juga untuk menjaga agar pihak lain (dalam hal ini kelompok lain dan Pepanthan) tak merasa kecewa. Yang, notabene menjadi tanda bahwa kelompok yang bertugas memiliki tanggung jawab penuh dalam menjalankan panggilan pelayanan.

Hanya, dalam hal tersebut tak berarti bahwa majelis (ingin) menciptakan ruang antarkelompok saling berkompetisi. Tak sama sekali! Tapi, lebih ke arah   memberi ruang bagi kelompok untuk melakukan karya yang terbaik untuk sesama, yang bermuara kepada kemuliaan Tuhan.

Selain itu, dengan adanya jumlah jemaat dalam kelompok yang tak banyak, hal ini membuka ruang secara lebar bagi anggota jemaat kelompok termaksud dapat diberdayakan secara maksimal.

Sebut saja, misalnya, jemaat yang selama ini hanya menjadi tamu, ia dapat menjadi penerima tamu. Jemaat yang selama ini hanya menjadi penerima konsumsi, ia dapat menjadi pemberi konsumsi. Begitu seterusnya dan begitu seterusnya.

Sehingga, semua potensi yang dimiliki oleh anggota jemaat di kelompok dapat tumbuh dan berkembang sesuai bagiannya masing-masing. Sebab, sudah seharusnya --seperti sudah disebut di atas-- kita memiliki pengertian bahwa tak ada satu pun umat Tuhan yang tak memiliki potensi.

Jadi, sebetulnya, hanya melalui ruang yang disediakan, potensi jemaat dapat diekspresikan secara maksimal. Karenanya, GITJ Kudus, Jawa Tengah, ke depannya akan menggunakan pola kepanitiaan Natal atau kepanitiaan dalam momen-momen tertentu secara kelompok, atau gabungan dua kelompok seperti yang sudah dipraktikkan saat Natal 2023 ini.

Selama ini, kepanitiaan Natal dan kepanitiaan dalam momen-momen tertentu bersifat terpusat. Dengan cara mengambil anggota jemaat dari semua kelompok yang tergabung di gereja induk.

Dengan begitu, yang diambil adalah anggota jemaat yang dianggap paling baik dari tiap-tiap kelompok. Toh begitu, cara seperti ini ternyata tak mudah, terutama dalam  memilih orang untuk menduduki posisi ketua.

Dan, seperti yang sudah diulas di atas, cara ini (juga) menutup anggota jemaat yang lain dalam mengekspresikan potensi diri secara optimal.

Ingat, mengekspresikan potensi diri dalam aktivitas Natal tak hanya terkait dengan mengisi acara Natal. Tapi, juga berperan secara optimal di dalam berbagai posisi dalam kegiatan Natal.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun