Tradisi tersebut dikenal dengan sebutan Kirab Nganten. Istilah "nganten" merupakan istilah dalam bahasa Jawa. "Nganten" berarti pengantin. Jadi, kirab nganten artinya kirab pengantin.
Tradisi ini bermula dari ajaran Sultan Hadlirin, menantu sekaligus murid Sunan Kudus. Konon ceritanya, untuk menarik masyarakat Desa Loram Kulon yang kebanyakan beragama Hindu, Sultan Hadlirin membangun gapura.
Gapura ini menyerupai pura, tempat ibadah umat Hindu. Tersusun dari batu bata merah. Tampak rapi susunannya. Ini ternyata menjadi daya tarik bagi umat Hindu.
Nah, ketika ada masyarakat Desa Loram Kulon yang hendak menikahkan anaknya harus datang ke Sultan Hadlirin untuk didoakan, yang selanjutnya mengelilingi Gapura Padureksan.