Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Mari Menjaga Perasaan Anak-anak SSB!

29 Maret 2023   20:12 Diperbarui: 29 Maret 2023   20:25 343 9
Anak-anak sekolah sepak bola (SSB) masih alami, bersih, belum tercemar. Sehingga, mereka belajar sepak bola secara sungguh-sungguh. Hanya fokus ke aktivitasnya. Energi fisik dan psikis tercurah ke sepak bola.

Tentu saja anak-anak SSB adalah anak-anak yang memang menyukai sepak bola. Tidak karena diperintah oleh guru. Tidak juga karena diperintah oleh orangtua atau saudara.

Tetapi, mungkin saja ada yang mendapat pengaruh dari teman mereka. Karena teman tergabung dalam SSB, mereka lalu ikut. Dan, setelah itu, mereka melanjutkan secara serius karena mulai menikmati dan menyenanginya.

Kesenangan tersebut yang akhirnya mendorongnya terus menekuninya. Sesibuk apa pun kegiatan belajar di sekolah dan aktivitas di rumah, misalnya, tidak mengurangi semangatnya dalam sepak bola.

Salah seorang teman menceritakan bahwa salah satu anaknya bergabung ke salah satu SSB di daerah kami. Ia masih kelas II (sekolah dasar). Masih kecil. Tetapi, semangat berlatihnya luar biasa.

Kadang menaiki sepeda sendiri dari rumah hingga lokasi berlatih. Relatif jauh jaraknya. Tetapi, si anak melakukannya dengan senang hati. Kadang juga diantar-jemput.

Teman saya senang. Sebab, saat bergabung latihan, anaknya belajar banyak hal. Di antaranya, belajar mengontrol emosi, melatih kekuatan jantung, bekerja sama, melatih kekuatan fisik, mengoptimalkan motorik dan kecerdasan, serta melatih daya juang.

Dalam kebersamaan seperti itu, anak-anak terlihat akrab, rukun, dan gembira. Sekalipun, mereka berasal dari latar belakang yang berbeda.

Perbedaan yang ada bisa lebur dalam satu semangat berlatih sepak bola. Begitulah kesaksian teman saya mengenai aktivitas anaknya bersama anak-anak yang lain dalam SSB tempat mereka bergabung.

Saya tidak menampik kesaksian itu. Saya mengamininya. Begitulah anak-anak ketika berada dalam satu aktivitas yang didasari semangat yang sama. Perbedaan tidak mengurangi semangat mereka.

Karena, diakui atau tidak, ketika orang, termasuk anak-anak, sedang menghelat aktivitas bersama, mereka  hanya memandang ke depan, melihat tujuan, atau mengarah ke satu sasaran.

Sehingga, suasana yang terjadi di dalamnya adalah suasana sukacita, rasa nyaman, bahagia, sejahtera, dan semangat. Suasana yang seperti itu dapat dibentuk dalam proses yang panjang.

Karenanya, suasana yang sudah terbentuk dalam diri anak SSB harus terus dijaga. Agar mereka berlatih sepak bola dengan pikiran dan perasaan yang sukacita, nyaman, bahagia, sejahtera, dan semangat.

Suasana yang melingkupinya pasti terdukung pula oleh image mereka terhadap pemain-pemain hebat, baik tingkat nasional maupun dunia, yang sekaligus mereka idolakan.

Dengan begitu, sangat mungkin mereka terobsesi menjadi  pesepak bola yang kompeten dan profesional seperti pesepak bola yang mereka idolakan. Bukankah pesepak bola yang demikian menjadi harapan kita?

Itu sebabnya, mari menjaga perasaan mereka dari berbagai pengaruh buruk yang mudah bermunculan di sekitar mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung (baca: melalui perangkat teknologi informasi).

Yang disebut terakhir ini tidak mungkin bisa dibendung. Terus mengalir dalam hitungan per sekian detik. Tidak terhitung banyaknya, informasi benar dan hoaks susul-menyusul dan tumpang tindih.

Dan, semuanya itu niscaya sampai kepada kita, termasuk anak-anak, yang di dalamnya ada anak-anak SSB. Apalagi informasi, misalnya, mengenai sepak bola. Sudah pasti secara cepat sampai ke telinga mereka.

Termasuk berita mengenai keikutsertaan Timnas Israel dalam Piala Dunia U-20, yang sesuai rencana, Indonesia sebagai tuan rumah. Tetapi, menjadi persoalan karena ada sebagian pihak yang menolak keikutsertaan Timnas Israel di perhelatan internasional tersebut.

Karena disebutkan ada sebagian pihak yang menolak, tentu saja ada sebagian pihak yang menerima. Berita mengenai hal tersebut, diakui atau tidak, sampai ke telinga anak-anak SSB, di mana pun di seluruh wilayah Indonesia.

Kita mafhum, seusia mereka belum dapat berpikir secara kritis dan teguh. Sehingga, mudah terpengaruh, baik pengaruh yang begini maupun yang begitu.

Dan, karenanya saya berpandangan bahwa berita mengenai hal itu, yang akhir-akhir ini  menjadi berita utama di media cetak, digital, atau audio visual, dipastikan mengganggu perasaan mereka.

Oleh karena itu, keputusan apa pun yang diambil oleh pihak yang berwenang sudah sepatutnya mempertimbangkan juga perasaan anak-anak yang mulai mendedikasikan dirinya di bidang sepak bola ini.

Sebab, bagaimana pun mereka adalah investasi bangsa, yang 5 atau 10 tahun ke depan, menjadi jago kita di ajang sepak bola, baik di kawasan maupun dunia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun