Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Memandang Sisi Positif Saja, Pasti Menyehatkan

13 Januari 2022   18:54 Diperbarui: 13 Januari 2022   18:57 389 18
Memandang merupakan aktivitas secara refleks, yang dialami oleh setiap orang. Sebab, di sekitar orang, banyak hal yang menarik untuk dipandang. Ternyata, memandang tak hanya bisa dengan indra mata, tapi bisa juga dengan hati dan pikiran.

"Memandang" dengan hati dan pikiran bahkan  sebagai aktivitas yang dahsyat. Sebab, selain dapat memandang hal yang tampak oleh mata, dapat juga memandang hal yang tak tampak oleh mata.

Perkataan orang, misalnya, hal yang  tak dapat dipandang oleh indra mata. Tapi, dapat "dipandang" oleh hati dan pikiran. Sehingga, hati dan pikiran seseorang dapat menanggapi perkataan orang lain.

Tidak hanya dapat memandang perkataan, hati dan pikiran juga dapat memandang keinginan dan jalan pikiran orang. Padahal,  keduanya tak dapat dilihat, dicium, diraba, didengar, dan dicecap. Begitulah dahsyatnya hati dan pikiran ketika menghadapi sesuatu.

Oleh karena itu, ada buruk dan baiknya ketika hati dan pikiran memandang sesuatu. Ketika hati dan pikiran memandang sesuatu dari sisi negatif, akan muncul respon negatif. Sebaliknya, tatkala hati dan pikiran  memandang sesuatu dari sisi positif, akan muncul respon positif.

Bahkan, ketika hati dan pikiran memandang dari sisi negatif sangat mungkin mengakibatkan  perselisihan. Karena, sisi negatif dapat memantik kejahatan, baik kejahatan dalam perasaan, pikiran, perkataan, maupun perbuatan. Dan,  kejahatan dalam perasaan, pikiran, perkataan, dan perbuatan sangatlah merugikan.

Tak hanya merugikan diri sendiri, tapi juga pihak lain dan lingkungan. Kerugian dapat bersifat personal dan komunal. Kita dapat menjumpai kenyataan tersebut di mana dan kapan pun.

Perselisihan yang terjadi di atas bumi, di setiap negara, di dalam keluarga, dan antar pribadi berawal dari memandang sisi negatif pihak satu oleh pihak yang lain. Pihak satu merasa direndahkan. Kemudian,  merasa tersinggung dan akhirnya terjadi perselisihan.

Tak mungkin terjadi perselisihan di atas bumi, di setiap negara, di dalam keluarga, dan antar pribadi kalau selalu memandang sisi positif pihak satu oleh pihak yang lain. Pihak satu merasa dihargai. Kemudian, merasa senang dan bahagia dan akhirnya menjalin persahabatan.

Nilai persahabatan (baca: persaudaraan) tak hanya dinikmati oleh pihak satu, sementara pihak lain tidak. Kedua pihak sama-sama merasakan nilai persaudaraan. Mereguk persaudaraan secara bersama merupakan pesta kemanusiaan yang akbar.

Oleh karena itu, siapa pun kita, laki-laki atau wanita; besar atau kecil; kaya atau miskin; berambut keriting atau berambut lurus; bermata sipit atau bermata lebar; berkulit hitam atau putih atau kuning atau sawo matang; Asia atau Australia atau Amerika atau Eropa, kalau selalu memandang sisi positif "saudara kita", akan selalu merasai nilai persaudaraan.

Dan, nilai persaudaraan yang selalu dirasakan, pasti memiliki efek baik yang luar biasa. Di antaranya, sehat jasmani dan rohani; sehat ekonomi dan berbagi.

Sehat jasmani

Persaudaraan yang terlahir karena memandang sisi positif pihak lain, membuat kaki, tangan, mata, kepala, dan organ tubuh yang lain sehat. Karena, semua organ bekerja secara normal. Bekerja sesuai kapasitasnya. Bekerja tanpa dipaksakan.

Sebagai perbandingan, motor yang memiliki kapasitas tertentu, elemen-elemennya akan cepat rusak kalau dipaksa memuat dan berjalan melebihi kapasitas. Elemen yang mestinya dapat berfungsi sampai lima tahun, berganti di tahun kedua karena dipaksa penggunaannya.

Dalam perselisihan selalu membutuhkan sarana dan energi yang lebih. Hal tersebut identik dengan upaya pemaksaan. Karena, semuanya (baca: sarana jasmani) digunakan secara paksa untuk memenuhi keinginan.  Maka, kondisi jasmani hancur sebelum waktunya.

Sehat rohani

Sehat rohani tak jauh berbeda dengan sehat jasmani. Kondisi rohani akan tetap sehat kalau perasaan dan jiwa tidak terganggu. Perasaan dan jiwa dalam keadaan aman dan nyaman hanya kalau ada ikatan persaudaraan.

Tentu sangat berbeda dengan perasaan dan jiwa dalam keadaan penuh kekhawatiran, kecemasan, dan ancaman. Keadaan dalam perselisihan tak mungkin ada keamanan dan kenyamanan. Yang ada adalah kekhawatiran, kecemasan, dan ancaman. Dan, hal itu akan membuat rohani sakit dan menderita.

Siapa pun pasti mendambakan sehat rohani. Sehat rohani terwujud, sekali lagi, dalam persaudaraan. Di dalam persaudaraan ada kebahagiaan. Karena itu, kebahagiaan pun  terlahir kalau kita memandang pihak lain dari sisi yang positif.

Mau memulai selalu memandang sisi positif pihak lain berarti memulai berinvestasi sehat rohani untuk diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Sehat ekonomi

Di mana ada perselisihan di situ ekonomi terkuras. Betapa tidak, karena perselisihan selalu membutuhkan biaya. Seperti halnya  dalam perang, ada biaya perang. Tak sedikit tempo dulu bangsa yang memiliki utang karena biaya perang.

Karena perselisihan identik dengan perang,  tentu saja perselisihan membutuhkan biaya. Jika perselisihan berlangsung lama, tentu  biaya yang dibutuhkan banyak. Bahkan, bukan tak mungkin akhirnya kehabisan modal. Jadi, secara ekonomis tidak sehat.

Menginginkan sehat ekonomi harus menjauhi perselisihan. Sebaliknya, membangun persahabatan atau persaudaraan. Persahabatan atau persaudaraan terbangun dengan baik kalau setiap pihak memandang sisi positif pihak yang lain. Jika yang terjadi dalam relasi sosial seperti itu, tentu dijamin sehat ekonomi.

Sehat berbagi

Memandang sisi positif pihak lain bukankah sudah merupakan upaya berbagi kebaikan kepada pihak lain? Karena, membuat pihak lain merasa senang dan bahagia. Seperti halnya orang berbagi bingkisan kepada orang lain, yang membuat  orang lain merasakan kegembiraan.

Nilai berbagi kebaikan (baca: sikap yang baik dan menghargai)  kepada pihak lain justru jauh lebih berharga daripada berbagi bingkisan. Karena, berbagi kebaikan  tak akan habis. Ia akan terus terpatri selamanya di dalam sanubari pihak yang menerima.

Kalau mau selalu memandang sisi positif pihak lain begitu besar manfaatnya, buat apa  kita memandang sisi negatifnya. Tak perlu bukan? Nah, sekalipun saya membuat catatan ini, bukan berarti saya sudah mampu "selalu" memandang sisi positif pihak lain, lho!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun