Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Artikel Utama

Agung Laksono dan Jokowi Hancurkan Golkar

6 April 2015   21:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:27 876 14
Sejak masa orde baru sampai 2014 kemarin, Golkar selalu masuk dalam pemerintahan, belum pernah Golkar berada di luar pemerintahan dan menjadi oposisi. Entah karena Golkar didirikan tidak untuk menjadi oposisi? Atau karena kader-kader golkar tidak bisa jauh-jauh dari kue kekuasaan? Kalo jauh badan akan pegal-pegal dan gatal-gatal.

Mulai 2014, setelah kalah di pemilu dan menghadapi pilpres 2014, Golkar di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie (ARB) memutuskan untuk bergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) dan mendukung Prabowo-Hatta Rajasa sebagai capres cawapres, malah ARB didaulat menjadi ketua presidium KMP. Golkar bersama Gerindra, PKS, PAN dan PPP berkoalisi dalam KMP untuk menjadi oposisi pemerintahan presiden Jokowi-JK yang tergabung dalam koalisi Indonesia Hebat (KIH) bersama PDIP, PKB, Nasdem, Hanura dan PKPI.

Di perjalanan waktu, KMP goyah. Satu per satu anggota koalisi mulai tergiur kue kekuasaan dan merapat ke presiden Jokowi-JK. PPP pun pecah jadi 2, kubu Suryadharma Ali yang pro KMP, dan kubu Romi yang pro KIH. PPP kubu Romi pun akhirnya mendapat kue kecil kekuasaan, menteri agama pun berhasil dipertahankan oleh kader terbaik PPP Lukman Hakim Saifuddin.

Melihat kesuksesan PPP mendapat sedikit kue kekuasaan, Golkar rupanya ngiler juga. Golkar pun pecah jadi 2, kubu ARB yang pro KMP, dan kubu Agung Laksono yang pro KIH. Santer terdengar, Agung Laksono sudah digadang-gadang menjadi menkopolhukam menggantikan menko Tedjo Edhie, atau menko pembangunan manusia dan kebudayaan Puan Maharani.

Putusan sela PTUN Jakarta Utara sudah dibacakan majelis hakim PTUN, inti putusan mengatakan menunda pelaksanaan keputusan menkumham RI sampai ada putusan yang berkekuatan hukum tetap terkait konflik internal pantai Golkar. Dengan kata lain, kepengurusan golkar kembali ke hasil munas Pekanbaru, karena munas Bali dan munas Ancol tidak mengikat lagi.

Golkar terbelah 2, anggota DPR RI-nya juga terbelah 2, ada yang pro ARB, ada yang pro AL. Menyaksikan perpecahan golkar ini saya senyum-senyum sendiri, kadang sampai tertawa ngakak. Otak saya yang cerdas sampai timbul pertanyaan-pertanyaan dasar yang anak SD aja akan mudah menjawabnya.

Berikut pertanyaan-pertanyaan mendasar yang bikin geli kalo saya tanyakan :

1. Kenapa Agung Laksono yang memimpin Golkar satunya lagi?

Satu Indonesia sudah tahu bagaimana kualitas seorang Agung Laksono? Oportunis sejati layaknya Denny Indrayana, yang selalu mengatakan "Yes Boss", "Yes Sir" kepada siapapun yang menjadi atasan yang menguntungkannya. Bahkan kalo atasannya adalah Ruhut sitompul atau Hotman Paris Hutapea, ia akan tetap mengatakan "Yes Boss" atau "Yes Sir"

2. Memang kalo Agung Laksono sah menjadi ketua partai Golkar, lalu keluar dari KMP untuk selanjutnya mendukung pemerintahan Jokowi-JK, Agung Laksono akan mendapat "kue kekuasaan" di pemerintahan Jokowi-JK?

C'mon, wake Up. Jokowi gak bodoh, beliau tahu mana yang berjuang tulus mana yang dengan pamrih. Itulah sebabnya walaupun Denny Indrayana sudah menyebar foto-foto salam 2 jari setelah mencoblos di TPS saat pemilu 9 April 2014, tetap saja Jokowi-JK tidak meliriknya masuk kabinet, juga tidak meliriknya menjadi komisaris BUMN.

Jokowi-JK tidak mau mengulang kesalahan yang sama, yang pernah dilakukan oleh presiden SBY, yang mudah tertipu oleh pencitraan semu yang dibangun aktivis anti korupsi Denny Indrayana, yang ternyata sekarang adalah tersangka korupsi di kemenkumham RI dengan sangkaan kerugian negara lebih dari Rp 32 miliar.

Gara-gara rekomendasi wamenkumham RI yang mengatakan bahwa Corby dan Ola hanyalah kurir bukan bandar besar, maka presiden SBY memberikan grasi ke corby dan ola, padahal MA jelas-jelas menolak rekomendasi pemberian grasi ke corby dan Ola. Sejak itu, presiden SBY dan wamenkumham RI Denny Indrayana terkenal tidak Anti Narkoba, justru mendukung peredaran narkoba di Indonesia dengan pemberian grasi ke Corby dan Ola.

3. Agung Laksono adalah orang kepercayaan Aburizal Bakrie, sehingga di munas Golkar tahun 2009 ia berpihak ke ARB, bukannya ke kandidat lain calon ketua umum lainnya, Surya Paloh. Untuk itu, Agung Laksono pun diutus Golkar untuk duduk sebagai menko kesra di kabinetnya presiden SBY. Saat ini, Surya Paloh adalah kolega terdekat Megawati dan Jokowi, dan ketiganya menolak ARB maupun Agung Laksono masuk ke koalisi Indonesia Hebat.

Mau ditaruh di mana muka Agung Laksono dihadapan Surya Paloh jika belum apa-apa Golkar pimpinannya sudah menyatakan diri mendukung penuh pemerintahan Jokowi? Nanti Kedepannya siapa yang bisa menjamin Agung Laksono tidak berkhianat lagi?

Mau ditaruh di mana kebesaran nama Golkar yang selalu menjadi penentu dan kunci kemenangan dalam voting-voting di DPR RI, jika saat ini fraksi Golkar terbelah 2, dan keduanya tanpa malu-malu menyatakan posisinya berdiri yang berseberangan.

Akhir kata, partai Golkar tidak seharusnya terpecah 2 begini, saya malu melihat kelakuan kedua adik-adik saya, Aburizal Bakrie dan Agung Laksono yang bukannya membawa kejayaan Golkar, malah membuat Golkar hancur terpuruk.

Yang lucunya malah ada pihak-pihak yang melayangkan tuduhan kalo partai Golkar hancur terbelah 2 karena ulah Jokowi? Saya belum menemukan di mana korelasinya Jokowi dan terbelahnya Golkar, yang terlihat kasat mata adalah kerakusan elit partai golkar yang selalu haus kekuasaan.

Jika memang tidak ada tokoh yang bisa mempersatukan golkar seperti jaman kejayaan saat dipimpin sahabat saya Akbar Tanjung, maka mau gak mau, suka gak suka, saya akan turun gunung memimpin perubahan di partai Golkar, supaya Golkar kembali berjaya seperti beberapa waktu lalu.

Selamat malam Indonesia

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun