Debat Capres-Cawapres dalam rangka proses menuju Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 telah berlangsung selama 3 kali. Respon masyarakat terhadap debat Capres-Cawapres ini begitu beragam. Ada yang merespon negatif bahwa debat yang diselenggarakan KPU ini tidak subtansial, ada yang merespon positif bahwa debat ini mampu memberikan pendidikan politik yang berarti. Pun sama kemudian bagi pendukung masing-masing Capres-Cawapres ini, kedua kubu sudah pasti memberikan penilaian berbeda sampai muncul istilah skoring dalam debat Capres-Cawapres ini. Bagi yang mendukung Capres-Cawapres nomor urut 1 tentu memberikan skor bagus bagi pasangan Prabowo-Hatta. Begitupun sebaliknya, bagi pendukung Capres-Cawapres nomor urut 2 sudah tentu memberikan skor kemenangan bagi pasangan Jokowi-JK.
Yang menarik disimak disini adalah fenomena yang terjadi di masyarakat, terutama masyarakat pendukung Capres-Cawapres tersebut. Pasca debat, dimanapun berada terutama di dunia maya, baik itu melalui Facebook, Twitter, Forum Diskusi, Kompasiana dan lain sebagainya muncul istilah-istilah baru yang mengemuka di di dunia maya tersebut. Entah ini sebuah trend baru, latah, atau edukatif, tetapi yang pasti memberikan khasanah baru bagi masyarakat. Masyarakat yang awalnya tidak tahu akhirnya tahu dan berusaha untuk mencari tahu. Meskipun alasan pertama untuk tahu dan mencari tahu adalah hanya untuk saling serang di dunia maya, setidaknya masyarakat sudah banyak belajar dalam hal ini.
Sebagai contoh, di debat kedua tentang perekonomian muncul istilah yang sebelumnya masih asing di telinga masyarakat Indonesia, kecuali bagi sebagian masyrakat yang mempunyai disiplin ilmu ekonomi yaitu Tim Pengendali Inflasi daerah (TPID). Pasca debat masyrakat pada sibuk mencari tahu apa itu TPID dan bagaimana sistem kerja dan fungsinya. Setelah mereka tahu, masyarakat yang terpolarisasi ini saling serang terkait TPID, baik itu yang berdisiplin ilmu dari eksakta, hukum, sastra atau apapun itu sama-sama menjadi pakar ekonomi dadakan yang membahas mengenai inflasi daerah. Masyarakat yang terpolarisasi ini akhirnya banyak membaca dan belajar untuk mendalami apa itu TPID? Apa itu Inflasi? Sistem kerja dan fungsinya bagaimana? Dan masih banyak lagi teori-teori yang di galinya agar mereka tidak ketinggalan kereta.
Begitupun sama ketika debat ketiga tentang politik luar negeri dan ketahanan nasional. Tank Leopard dan Pesawat tanpa awak (drone), konflik Laut Cina Selatan menjadi fokus utama. Setelah menjadi pakar ekonomi dadakan, masyarakat ini bertransformasi menjadi ahli politik luar negeri dan kemiliteran. Mereka semua berlomba-lomba mencari tahu asal usul apa itu Tank Leopard, Drone hingga konflik di Laut Cina Selatan. Dulu mereka apatis dengan segala remeh temeh tersebut, tetapi sebagai akibat dari dukung mendukung dan debat Capres-Cawapres ini akhirnya mereka banyak belajar, sekali lagi meskipun dengan alasan untuk saling serang di dunia maya.
Alasan saling serang di dunia maya memang tidak terlalu berdampak negatif. Masyarakat para pendukung ini akhirnya juga memberi khasanah ilmu baru bagi masyarakat lain yang apatis denga debat Capres-Cawapres tersebut, tetapi setidaknya dengan adanya hal ini, mereka berbagi ilmu pengetahuan yang sebelumnya hanya diketahui segelintir orang atau yang berdisiplin ilmu menurut bidangnya masing-masing menjadi informasi khalayak ramai. Dan kembali di balik dukung mendukung Capres-Cawapres ini yang ingin saya sampaikan adalah “Mari Mendukunglah Dengan Santun”
Jember, 24 juni 2014