Saya kali ini tidak akan menulis panjang lebar, saya hanya mau membagikan informasi mengenai cuplikan surat dari Abraham Lincoln kepada guru dari putranya (diambil dari buku Born to be Happy by Promod Batra, MBA)
Berikut cuplikan surat tersebut:
Ajari Putraku…
....Ia memang harus belajar, saya tahu, bahwa manusia tidak adil, manusia tidak benar. Tetapi ajari ia juga, bahwa di antara orang-orang jahat ada seorang pahlawan; bahwa di antara para politisi yang suka mementingkan diri, ada seorang pemimpin yang berdedikasi.
Ajari ia bahwa di antara musuh ada seorang sahabat. Semua memerlukan waktu, saya tahu itu, tetapi ajari ia sebisa Anda, bahwa satu dolar yang diusahakan jauh lebih berharga daripada lima dolar yang ditemukan.
Ajari ia untuk belajar kalah dan juga untuk menikmati kemenangan. Arahkan ia agar menjauhi keirihatian. Sebisa Anda, ajari ia rahasia tawa dalam diam. Biarkan ia belajar dengan cepat bahwa anak-anak pengganggu paling mudah dikalahkan.
Ajari ia, sebisa Anda, indahnya buku-buku, tetapi berikan juga kepadanya waktu untuk berpikir secara mendalam tentang misteri dari burung-burung di angkasa, lebah-lebah di teriknya sinar matahari, bunga-bunga di lereng bukit hijau.
Ajari ia di sekolah bahwa jauh lebih terhormat untuk gagal daripada menipu dan mencontek
Ajari ia untuk mempunyai kepercayaan dalam gagasan pribadinya, meskipun orang lain mengatakan kepadanya bahwa gagasan-gagasannya itu salah. Ajari ia untuk erlakum lembut terhadap orang-orang yang bertabiat lembut, dan berlaku keras terhadap orang yang keras.
Cobalah untuk memberi putra saya kekuatan untuk tidak mengikuti kelompok terbesar ketika semua orang mengikuti pendapat orang banyak.ajari ia untuk mendengarkan semua orang, tetapi ajari ia juga untuk menyaring segala sesuatu yang ia dengar melalui saringan kebenaran dan hanya mengambil yang baik-baik saja.
Ajari ia, sebisa Anda, bagaimana untuk tertawa di kala sedang bersedih. Ajari ia agar tidak malu untuk menangis. Ajari ia untuk menertawakan yang sinis dan berhati-hati dengan kemanisan yang berlebihan.
Ajari ia untuk menjual tenaga dan pikiran kepada penawar yang tertinggi, tetapi jangan pernah mencantumkan label harga untuk sanubarinya. Ajari ia untuk menutup kedua telinganya terhadap kelompok orang yang melolong-lolong dan berani berdiri dan berjuang bila menurutnya dirinyalah yang benar.
Ajari ia dengan penuh kelembutan ,tetapi janganlah memanjakannya. Biarkan ia mempunyai keberanian untuk tidak bersabar, biarkan ia mempunyai kesabaran untuk berani.
Ajari ia selalu memiliki kepedulian mulia terhadap umat manusia. Pesan ini berat, akan tetapi lakukan saya sebaik Anda. Ia anak laki-laki kecil yang baik, putraku.
Dari surat diatas, ada banyak pelajaran untuk kita, terutama untuk orangtua dan khususnya ayah (dan calon ayah tentunya, baik yang sudah menikah dan belum dikarunia anak atau seorang bujangan).
Pelajaran yang paling saya sukai adalah ”.....ajari ia sebisa Anda, bahwa satu dolar yang diusahakan jauh lebih berharga daripada lima dolar yang ditemukan.....”, hal ini mengajarkan untuk tetap berjuang dengan gigih dan pantang menyerah, dan setelah itu bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah didapatkan dari usaha atau perjuangan tersebut.
Mengenai kalimat ini ”...Ajari ia di sekolah bahwa jauh lebih terhormat untuk gagal daripada menipu dan mencontek...”, sepertinya harus direnungkan lebih dalam, agar anak Indonesia tidak takut gagal, berani berjuang dan tidak menipu serta mencontek.