Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana Pilihan

Penunggu Kolam Air Mata

17 Mei 2019   13:04 Diperbarui: 17 Mei 2019   13:11 70 7
Memang secarik pagi telah dirobek paksa siang, tercecer di pekarangan langit cerah hingga ekspetasi indah yang sudah-sudah kini cuma bisaku pandang di sisa-sisa petang.

Indah, bukankah sangat jauh lebih indah ketika seikat gulma enceng gondok milik kita terlepas, lalu menjelma koloni bunga teratai kenangan. Sementara bila hidup se-istana kolam bersama pun belum tentu Tuan capung-capung penjaga menjanjikan selarik rasa tenang.

Kamu masih ingat tidak akan janji rembulan pada katak-katak langguk yang terkutuk di dalam tempurung lupa, Apa coba janjinya? Kenapa malah jadi mengedip-ngedipkan mata!!

Mungkin sudah terlalu lama aku menjadi penunggu kolam air mata sehingga keseringan menghirup oksigen derita; Menjadi terbiasa.

Sering pula menghela napas gerutu panjang dan mengembuskan terpaksa lewat goresan pena yang terus saja merutuki nasib ketika sendal jepit aksara selalu putus di pertigaan lembaran jalan; Tak jadi bertandang.

Sial, kenapa sih aku ini selalu saja kalah nasib!! Bukan, kamu itu hanya kalah bersyukur dan sering mengingat yang telah raib.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun