Lalu saya pergi duduk di meja kesukaan saya sambil menyeruput kopi hitam. Saya buka X (dulu Twitter) tiba-tiba lihat tweet yang ditulis oleh akun @FionaMyth. Isinya begini "Bentar, kerja kantoran lebih santai dari petani? Yuk, tukeran yuk. Gw mending jadi petani, kerja gak beban mental, tiap malem bisa tidur nyenyak, meskipun penghasilan 1,5 per bulan jatohnya juga mau gw, yang penting tidur nyenyak tiap malem"
Kok bisa ada orang ngerasa kerja sebagai petani itu gak ada beban mentalnya ya? Meskipun penghasilan 1,5 juta Rupiah perbulan dianggap gak ada beban mentalnya? Dan dia ngerasa kalau jadi petani pasti bisa tidur nyenyak tiap malam?
Saya gak tau latar belakangnya si penulis. Tapi saya tau dunia pertanian karena kakek saya dan mertua saya adalah petani. Sejak kecil saya suka bermain di kebun dan ladang. Saya suka melihat kakek saya menanam padi dan memanennya. Ikut menyantap bekal makan siangnya juga di ladang.
Saya juga sedikit tau dunia perkantoran karena sejak SMK saya magang 6 bulan di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tanah Grogot. Saya bekerja sebagai staf tata usaha di sebuah sekolah, lalu jadi kepala tata usaha, lalu menjadi guru Bahasa Inggris, 6 tahunan saya jalani di dunia pendidikan.
Langsung saya terheran tulisan dari orang tadi yang mengatakan jadi petani gak beban mental meskipun penghasilan 1,5 juta Rupiah perbulan. Mungkin benar kerja sebagai petani lebih menggunakan fisik daripada otak. Cuman kan beban mental bukan hanya datang dari saat kerja.
Kalau jadi petani juga berat menanggung beban mentalnya. Jelas beban mental yang pertama adalah kurang dihargai saat berhadapan dengan orang lain. Seperti misalkan saat mengurus Kartu Keluarga di kantor pencatatan sipil, penampilan seorang petani itu pasti kelihatan meskipun sudah mandi dan ganti baju. Biasanya petani kurang dilayani ketimbang orang yang datang dengan penampilan orang kantoran.
Beban mental selanjutnya adalah penghasilan tidak menentu. Kadang gagal panen, bukannya balik modal malah rugi besar. Ini jelas berat sekali beban mental yang harus ditanggung. Meskipun tinggal di desa, biaya sekolah anak dan kesehatan juga malah seperti di kota.
Dengan dua beban mental itu saja sangat tidak menjamin bisa tidur nyenyak tiap malam. Kadang-kadang juga badan ngerasa pegel, keseleo dan salah urat akibat pekerjaan fisik. Jelas ini menurunkan kualitas tidur. Lalu dimana jaminan bisa hidup tanpa beban dan bisa tidur nyenyak tiap malam?
Untuk kerja kantoran saya juga paham ada beban mental yang ditanggung. Seperti rekan kerja yang kurang baik terhadap kita, atasan yang gak punya empati, target deadline yang gak masuk akal dan lain sebagainya.
Saya paham itu beban yang berat juga untuk ditanggung. Cuman, kerja kantoran ada kelebihannya juga yang tidak dimiliki petani. Seperti kerjanya di ruangan yang nyaman, pakaian yang bagus, dan memiliki penghasilan tetap.
Nah, jadi menurut saya sebenarnya mau kerja kantoran atau kerja sebagai petani juga sama aja punya bebannya masing-masing. Dan saya yakin Tuhan tau mana yang terbaik buat kita. Yang penting selalu berprasangka baik terhadap takdir Tuhan.
Karena setiap manusia pasti memiliki beban mentalnya masing-masing maka menurut saya penting setiap orang untuk mempelajari filosofi teras atau stoikisme. Ilmunya sederhana namun super bermanfaat. Bukunya ada, artikelnya juga berhamburan di internet, di YouTube juga banyak.
Jadi, saran saya buat penulis tweet di atas tadi. Jangan pernah anggap kehidupan orang lain lebih enak daripada diri sendiri. Apalagi kalau memang belum memahami secara mendalam kehidupan orang lain. Fokus aja sama diri sendiri, sama apa yang bisa dikerjakan. Jadilah manusia yang baik. Aamiin.