Yang menjadi persoalan adalah, pemberitaan yang berkembang bukan hanya terfokus pada isi berita itu, namun juga: Siapa yang membuat teks pidato itu? Isi berita tersebut seolah mempertanyakan dan meragukan kemampuan presiden untuk membuat isi pidato yang mengagumkan semacam itu. Konyolnya, hal itu dijawab dengan polos oleh Sekretaris Kabinet Andi Widjojanto, dengan menguraikan siapa saja yang menyusun isi pidato itu (lihat berita berikut).
Ada beberapa indikasi yang dapat dianalisis dari kejadian ini, diantaranya:
Pertama, pers dan juga masyarakat secara bawah sadar meragukan kemampuan presiden dalam menyampaikan ide-idenya, sehingga pidato hebat itu dengan serta merta dikaitkan dengan tim hebat di belakangnya,
Kedua, tidak elegannya tim di belakang presiden untuk mengungkapkan mereka sebagai tim penyusun pidato, hanya beberapa saat setelah tepuk tangan bergemuruh untuk pidato yang disampaikan oleh presiden. Hal ini tidak lazim, sebagaimana disampaikan oleh Dradjad Wibowo dalam berita berikut. Ungkapan ini secara implisit merupakan pengecilan peran Presiden oleh anak buahnya sendiri. Apa yang disampaikan Andi tersebut seolah mengkonfermasi kejengkelan Effendi Simbolon yang menyebut Andi WIdjojanto sebagai anak kecil dan tidak berpengalaman.
Seharusnya memang, sebagai anak buah, Andi Widjojanto tahu menempatkan diri, jangan bertindak melebihi batas, sehingga mengurangi kehormatan presiden. Kalau orang Jawa mungkin dapat diucapkan dengan Ngono yo Ngono ning Ojo Ngono, atau jangan kelewatan!