Masyarakat Indonesia mempunyai alam yang luar biasa kaya dan mempesona hingga banyak bangsa lain yang berusaha menguasai dan merampasnya. Hingga pada bahan makanan pokok yang dikonsumsi setiap hari oleh bangsa ini. Dari pola tanam hingga pemupukan yang berimbas pada kesuburan tanah seolah diperkosa oleh obat kimia pestisida berbahaya bagi kesehatan jangka pendek dan jangka panjang. Pernah berfikir bagaimana Bawah Merah dalam pemeliharaan sampai pemupukan? Bila kita perhatikan dan cermati petani bawang merah berusaha merawat dan meraih panen besarnya dengan ketergantungan pupuk dan obat perstisida zat kimia. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil bawang merah yang optimal dan terlindungi dari hama serta besar buahnya. Penyemprotan dan pemupukan minimal 1 minggu sekali harus dilakukan secara terus menerus. Bila tidak tanaman akan mati dan petani mengalami kerugian besar.
Apa yang terjadi? sama halnya dengan padi, beras dan bawang merah didalam produk pertanian ini tersimpan Residu Pestisida Zat Kimia yang sangat berbahaya dan merugikan kesehatan. Namun Anda atau masyarakat Indonesia tidak sadar bahaya Residu jangka pangjang bagi kesehatan tubuh. Beras yang sehat harus bebas dari pestisida zat kimia berbahaya, selain pola tanam dan pemupukan dari bahan-bahan organis sehingga terbangun ekosistem yang berkenlanjutan sehat dan aman bagi kesehatan.
Bagaimana beras sehat itu?
Secara morfologi, padi terdiri dari beberapa bagian, yang paling penting hubungannya dengan kualitas beras adalah aleuron (kulit ari), lembaga, dan endosperm. Beras yang baik adalah yang masih memiliki lapisan kulit arid an aleuron, yang berarti masih memiliki zat gizi lengkap. Beras yang masih memiliki lapisan kulit ari dan lembaga, adalah beras pecah kulit. Beras pecah kulit bisa diperoleh dengan proses penumbukan atau proses penggilingan yang diatur sedemikian rupa (penggilingan dengan derajad giling dan derajad sosoh rendah), agar bagian kulit ari dan bagian lembaga tidak terbuang. Dengan demikian, zat gizi masih cukup tersedia dalam beras.
KEMBALI KE ARTIKEL