Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Darah di Wilwatikta Eps 29: Wayang Golek Tanpa Darah

8 Desember 2011   08:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:41 443 0
PEMUDA itu perlahan menyeruput tuaknya, dan melirik. Jadi mereka itu yang disebut sebagai penghuni Padepokan Rumahkayu, pikirnya. Sekilas, mereka tak berbeda dengan orang kebanyakan. Nyai Daunilalang terlihat seperti ibu biasa. Mengenakan kemben berwarna biru, dia terlihat berbicara sambil sesekali tertawa lepas dengan mbakyu Tri. Sementara Pendekar Misterius, menyesuaikan diri dengan julukannya. Dia tetap mengenakan caping lebar yang membuat wajahnya tak terlihat. Dia juga terlihat lebih banyak menundukkan kepala. Penghuni Padepokan Rumahkayu mendatangi Pawon Manterakata. Apakah hanya kebetulan? Pemuda itu mencoba menajamkan telinga, mencoba mendengar percakapan. Namun yang diperbincangkan Nyai Daunilalang dan Mbakyu Tri hanya percakapan dua orang ibu yang mengagumi buah hati masing-masing. Hmm, aku ingin tahu bagaimana reaksi Bhagawan jika mengetahui penghuni Padepokan Rumahkayu kini ada di Trowulan, pikir pemuda itu, yang tak lain adalah Sancaka, orang keenam di Bhayangkara Biru. Sancaka secara khusus ditugaskan Bhagawan untuk mengamati Pawon Manterakata. Penghuni Padepokan Rumahkayu, adalah sosok yang diberi perhatian khusus oleh Bhagawan. Dalam beberapa pertemuan Bhagawan selalu mengingatkan untuk sedapat mungkin tidak mencari masalah dengan Padepokan Rumahkayu. "Bukan berarti kita takut. Tidak. Bhayangkara Biru tak takut pada siapapun. Namun menjadikan penghuni Padepokan Rumahkayu sebagai musuh sama sekali tidak menguntungkan. Apalagi sejauh ini sikap mereka jelas. Mereka membenci kejahatan dan tak suka melihat ketidakadilan..." kata Bhagawan Buriswara. Tentu saja, Bhagawan tak perlu mengingatkan. Seluruh anggota Bhayangkara Biru mengetahui sepak terjang penghuni Padepokan Rumahkayu. Termasuk ketika mereka menggemparkan Jawadwipa, dalam peristiwa yang dikenal dengan "Phalguna Berdarah". Peristiwa itu terjadi di bulan Phalguna (bulan kedelapan menurut kalender Jawa kuno, sekitar bulan Februari-Maret kalender modern) dua tahun lalu. Aliran Penyembah Api, kelompok yang dikenal karena memiliki banyak tokoh sakti, menculik Pradipta, putra penghuni Padepokan Rumahkayu yang ditinggal hanya ditemani beberapa emban di rumah. Nyai Daunilalang dan Pendekar Misterius geram bukan main ketika menemukan surat tantangan yang ditempel di dinding. Surat itu berbunyi:

Jika ingin putra kalian selamat, datanglah ke Puncak Api.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun